Pertamina Mengembalikan Kejayaan Minyak Prabumulih
Tahun 1901 perusahaan Sumatra Palembang Petroleum Company (Sumpal) membuka aktivitas pertambangan minyak di Suban Jeriji. Minyak yang diproduksi Sumpal diperoleh dari sumur dengan kedalaman 105 meter di Air Ngalega dan Suban Jeriji.
Produksi Muara Enim Petroleum Company dikirim dan diolah di kilang Plaju. Produksi minyak dari Sumpal diolah kilang Bayung Lencir yang jaraknya 100 mil sebelah Barat Laut Palembang.
Belanda selain mendirikan perusahaan minyak NV NKPM atau Royal Dutch Petroleum Company tahun 1890, Belanda juga membentuk perusahaan pengangkutan dan pemasaran hasil minyak bumi. Tahun 1904 Muara Enim Petroleum Company bergabung dengan Royal Dutch Petroleum Company, setelah sebelumnya Sumatra Palembang Petroleum Company lebih dulu bergabung.
Tahun 1907 Belanda kembali menggabungkan Royal Dutch Petroleum Company dengan The Shell Transport dan Trading Company, lalu terbentuk Bataafsche Petroleum Mij (BPM) bergerak di bidang produksi kantornya di Plaju, Asiatic Petroleum bidang pemasaran dan Anglo Saxon bergerak pada pengangkutan.
BPM melakukan operasinya pada bidang eksplorasi dan produksi di Komplek Palembang Selatan (Prabumulih) yang meliputi lapangan Tanjung Tiga, Talang Jimar, Gunung Kemala, Tanjung Miring, Suban Jeriji, Prabumulih Barat dan Sei Taham. Minyak yang dihasilkan dari KPS atau Prabumulih berupa minyak kasar mengandung parafin berat serta bensin dengan titik beku tinggi. Minyak tersebut dialirkan ke Plaju untuk diolah yang jaraknya sekitar 90 km dari KPS.
Sudah lama minyak diproduksi dari Prabumulih, sudah lebih dari sejak satu abad lalu. Kini Pertamina mengangkat kembali kejayaan minyak Prabumulih dengan peningkatan produksi untuk mendukung pencapaian target produksi minyak nasional satu juta barel per hari tahun 2030. (maspril aries)