Mencari Calon Wali Kota yang Peduli Kebudayaan dan Sejarah Palembang
Pasangan ini juga menyampaikan gagasannya untuk memaksimalkan peninggalan sejarah yang ada, seperti Benteng Kuto Besak (BKB) yang harus dikembalikan lagi fungsi sebagai benteng. “Kami akan berbicara dengan TNI bagaimana supaya BKB dikembalikan sebagai situs budaya termasuk kantor Walikota Palembang. Itu semua akan jadi pusat budaya. Jadi ke depan ke ciri khas kota Palembang lebih ditonjolkan lagi. Termasuk makam raja-raja Palembang menurutnya banyak tidak terurus, atau tidak tahu di mana tempatnya”, katanya.
Yudha juga optimis dengan mengangkat budaya dan sejarah Palembang untuk menjadi destinasi wisata budaya dan sejarah. “Jika wisatawan banyak datang ke Palembang maka perekonomian meningkat dan pengangguran berkurang. Kita ingin membangun kota Palembang ini dari budaya , budaya itu sebagai pintu masuk”, katanya.
Menurut calon Wakil Wali Kota Baharuddin, Palembang ke depan bukan hanya maju tapi juga berbudaya dan budaya inilah yang akan diangkat.
“Apalagi Palembang adalah kota tertua, kota yang luar biasa, dulu Sriwijaya menguasai nusantara, tonggak sejarah yang penting untuk menatap ke depan”, katanya.
Dari luar Istana Ada Kesultanan Palembang, budayawan, seniman dan sejarawan Palembang yang tergabung dalam Lembaga Budaya Komunitas Batanghari Sembilan (Kobar 9) menyerahkan daftar pertanyaan berkaitan dengan kebudayaan untuk debat Calon Wali Kota dan dan Calon Wali Kota Palembang ke KPU Palembang dan untuk debat calon Gubernur Sumsel dan Calon Wakil Gubernur Sumsel ke KPU Sumatera Selatan (Sumsel).
Tapi pada Debat Publik pertama Pilkada Kota Palembang tidak ada stau pun pertanyaan dari panelis yang menyingung kebudayaan, kesenian dan sejarah Palembang. (D Oskandar)