Home > Literasi

Mencari Berita dengan Wawancara (Belajar dari Inke Maris dan Najwa Shihab)

Wawancara merupakan bangunan utama dari keseluruhan kegiatan peliputan. Setiap berita membutuhkan wawancara.


Ketua PWI Hendry CH Bangun membuka SJI di Palembang. (FOTO: Maspril Aries)
Ketua PWI Hendry CH Bangun membuka SJI di Palembang. (FOTO: Maspril Aries)

KINGDOMSRIWIJAYA – Ini kisah yang terjadi pada zaman Orde Baru (Orba) pada sebuah orientasi atau pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan oleh sebuah organisasi wartawan. Ceritanya: pelatihan dengan materi teknik wawancara yang disampaikan seorang wartawan senior. Setelah pemaparan materi selesai, diberi kesempatan kepada peserta yang kebanyakan wartawan muda untuk bertanya.

Seorang wartawan mengacungkan tangan untuk bertanya. Pertanyaannya: “Ada sebuah kecelakaan lalu lintas antara mobil dan sepeda motor, pengendara motor tidak sadarkan diri, lalu di bawa ke rumah sakit. Wartawan diperintahkan ke tempat kejadian perkara untuk mengumpulkan keterangan dari saksi, ternyata saksinya seorang laki-laki dan bisu. Bagaimana wartawan mewawancarai dengan teknik apa? Terima kasih”.

Usai mendengar pertanyaan itu, peserta banyak yang tersenyum. Maka wartawan itu spontan menjawab: “Ini mau ngetes apa mau bertanya?” jawabanya dengan nada tinggi.

Menurut si wartawan itu pertanyaan serius karena dia pernah mengalaminya sendiri. Waktu itu, wartawan tersebut pulang ke kantor dengan tangan hampa karena tidak mendapat informasi yang dicari.

Cerita lainnya juga terjadi pada masa Orba. Ceritanya ada dalam buku berjudul “Jurnalistik Baru” (2005) ditulis Sudirman Tebba yang pernah menjadi Kepala Diklat dan Litbang Pemberitaan Antv. Menurutnya, pada masa Orde Baru ada satu jenis wawancara yang disebut wawancara “pinjam mulut”, yaitu wawancara dengan seseorang yang harus bicara karena jabatan atau kedudukannya, tetapi tidak mempunyai pengetahuan yang memadai untuk menjelaskan tanggung jawabnya, karena menjadi pejabat berkat hubungan baik dengan dengan orang kuat yang mengangkatnya.

Karena sulit bicara, maka pewawancara, yang biasanya wartawan, menjelaskan masalah yang hendak ditanyakan, lalu ia berkata: “Tulislah seperti itu sebagai ucapan saya”.

Satu lagi cerita tentang wawancara off the record. Cerita seorang pejabat Humas di sebuah kabupaten mengundang beberapa wartawan. “Ayo ke ruang kerja saya ini ada berita”, katanya.

× Image