Home > Literasi

Menjaga Kerukunan di Kampung Kapitan Palembang

Meskipun mayoritas penduduk Kampung Kapitan berasal dari keturunan Tionghoa, kampung ini juga dihuni oleh masyarakat asli Palembang serta beberapa etnis lain.

Sungai Musi dan jembatan Ampera saksi kerukunan di Kampung Kapitan yang letaknya tidak jauh dari landmark kota Palembang tersebut. (FOTO: Maspril Aries)
Sungai Musi dan jembatan Ampera saksi kerukunan di Kampung Kapitan yang letaknya tidak jauh dari landmark kota Palembang tersebut. (FOTO: Maspril Aries)

Pendidikan juga berperan penting dalam menjaga kerukunan di Kampung Kapitan. Anak-anak diajarkan sejak dini tentang pentingnya menghargai perbedaan dan bekerja sama dengan orang lain. Sekolah-sekolah di sekitar Kampung Kapitan aktif menyelenggarakan kegiatan yang bertujuan untuk memperkuat rasa persatuan, seperti lomba-lomba budaya dan seminar tentang toleransi. Dengan pendidikan yang baik, generasi muda di Kampung Kapitan tumbuh dengan pemahaman bahwa keberagaman adalah suatu kekayaan yang harus dijaga dan dihargai.

Ancaman Keharmonisan

Tidak hanya melalui pendidikan formal, kerukunan di Kampung Kapitan juga dipelihara melalui berbagai kegiatan kebudayaan bersama. Ritual keagamaan, pertunjukan seni, dan bazar makanan menjadi ajang untuk saling mengenal dan memperkuat ikatan sosial antar warga. Salah satu contoh kegiatan yang melibatkan seluruh komunitas adalah Sedekah Kampung, yang tidak hanya menampilkan tradisi lokal tetapi juga mengundang partisipasi dari berbagai kelompok etnis yang ada di Kampung Kapitan. Kegiatan seperti ini tidak hanya sebagai bentuk pengikatan diri dengan Sang Pencipta, tetapi juga sebagai cara untuk mempererat hubungan sosial dan saling berbagi pengalaman budaya.

Namun, menjaga kerukunan di Kampung Kapitan juga memiliki tantangan tersendiri. Perubahan sosial dan ekonomi yang cepat bisa menjadi ancaman bagi keharmonisan yang telah terbina. Urbanisasi dan modernisasi dapat mengubah pola hidup dan nilai-nilai masyarakat, misalnya dengan meningkatnya individualisme dan pergeseran dari nilai-nilai tradisional ke nilai-nilai modern yang lebih materialistis. Hal ini dapat melemahkan semangat gotong royong dan kebersamaan yang selama ini menjadi fondasi kuat bagi kerukunan di Kampung Kapitan.

Pengaruh eksternal, seperti isu-isu politik dan media sosial, juga dapat mempengaruhi kerukunan di Kampung Kapitan. Berita atau informasi yang bersifat provokatif atau menyebarkan kebencian dapat dengan mudah menimbulkan ketegangan antar kelompok masyarakat. Oleh karena itu, literasi media menjadi sangat penting untuk menghadapi tantangan ini. Masyarakat harus membekali diri dengan kemampuan untuk menyaring informasi dan memahami konteks berita yang mereka terima agar tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang tidak benar.

× Image