Home > Literasi

Bagaimana Pustakawan Bekerja

Yang menyenangkan dari perpustakaan ini adalah jam makan siang tidak membuat layanan terhenti, meski sementara.

Koleksi naskah perpustakaan Universitas Leiden, Belanda. (FOTO: FB @benny arnas)
Koleksi naskah perpustakaan Universitas Leiden, Belanda. (FOTO: FB @benny arnas)

Lalu ia pun menjelaskan dengan sabar. Membuka sebuah halaman yang menerakan kode koleksi. “Naskah ini dibawa dari Jawa ke Bali atau antara keduanya. Tidak ada informasi lebih!” Lalu jemarinya beralih ke sebuah narasi pendek di katalog tentang naskah itu. “Hanya itu. Tapi, paling tidak, kita tahu sekarang”.

“Kita tahu?”

“Perpustakaan ini adalah rimba dokumen. Kami bekerja sesuai permintaan dan pesanan peneliti seperti anda. Begitu sebuah naskah bisa kami hadirkan, kami bukan hanya senang bisa membantu. Kami juga senang karena tahu hal-hal selain itu. Misalkan arsip Palembang yang ditulis dalam Bahasa Sansekerta ini. Saya senang sekali, akhirnya manuskrip ini “keluar kandang”. You know”, matanya menatap saya, lekat dan dalam. “Dia pasti kesepian selama 70 tahun ini.”

Saya membeku beberapa saat.

Oh well, Nasution,” katanya.

Ah, dia mengingat saya. Meskipun yang ia gunakan adalah nama akhir saya yang tak lain tak bukan nama papa saya yang tertera di paspor untuk kemudian juga tertera di kartu perpustakaan.

“Silakan lanjutkan. Just tell me if you need some assistances,” lalu ia menuju meja kerjanya dengan tersenyum.

Ya, salah satu yang membuat saya kerasan dengan Leiden adalah, tak seperti Amsterdam dan Paris yang penuh dengan orang yang lalu-lalang dengan kesibukan masing-masing sehingga “lupa” pada sekitar, orang-orang Leiden gemar tersenyum.

“Saya penasaran,” hari menunjukkan pukul 5 sore alias 30 menit lagi sebelum ruangan koleksi khusus itu menutup layanannya (meski perpustakaan dan ruang baca umumnya tetap buka sampai tengah malam) ketika saya kembali menemuinya. “Siapa yang membawa manuskrip ini ke Leiden?” kata saya sambil menyerahkan manuskrip itu.

Perempuan berambut pendek itu berpikir sejenak.

I didn’t find any information about it in Letters of Java,” saya tahu, ia akan menanyakan itu.

“Saya tidak buru-buru. Tidak harus hari ini.”

I’ll do for you,” katanya sambil menimbang manuskrip sebagai SOP, selain mengecek ulang isinya, bahwa tak ada lembar manuskrip yang tercecer atau ditilap peneliti.

× Image