Perempuan di Sumsel Ramai-Ramai Menuju Pilkada 2024
Pertama, perempuan harus memiliki inner desire perempuan kandidat ketika hendak mencapai kekuasaan. Kedua, modal sosial, ekonomi dan modal politik perempuan merupakan basis yang sangat penting ketika perempuan memutuskan untuk running for office. Dalam politik, ekspektasi terhadap kualitas, penampilan dan perilaku kandidat sangat tergenderkan.
Ketiga, keadaan struktural dan peluang politik bagi perempuan yang memungkinkan perempuan berkeinginan untuk mengekspresikan ambisi politiknya, untuk kemudian mempertimbangkan running for office dalam pemilu.
Kemudian faktor diseleksi partai politik, pada tahap ini perempuan harus memiliki pilihan terhadap partai politik yang menjadi pilihan politiknya. Ada beberapa pola seleksi yang menjadi pertimbangan partai politik. Pertama, seleksi menggunakan pola Patronage Oriented System, di mana aturan kurang jelas, kewenangan berdasarkan kepemimpinan tradisional atau kharisma dari pada kewenangan legal rasional dan loyalitas pada kekuasaan di partai adalah yang utama.
Kedua, seleksi menggunakan pola Bereaucratic Oriented System, sebuah pola di mana aturan tentang seleksi diatur secara detil, terstandarisasi, eksplisit, dan mengabaikan siapa yang berada pada posisi kekuasaan, kewenangan berdasarkan prinsip legalistik.
Faktor diseleksi oleh pemilih. Dalam konteks ini kandidat perempuan akan dipilih pemilih dalam pemilihan umum. Persoalannya, yang muncul bias sistematik terhadap perempuan yang disebabkan oleh mindset yang belum gender friendly. Pada faktor ini, kandidat perempuan adalah sejauh mana investasi sosial yang sudah dimiliki pada tingkat basis pemilih yang sangat menentukan keterpilihannya.
Fenomena banyaknya perempuan di Sumsel menuju Pilkada serentak 2024 apa lagi kemudian ada yang menjadi pemenang dalam kontestasi politik lokal ini menjadi pertanda adanya perkembangan baru mengenai gender, perempuan dan budaya serta politik lokal di daerah ini.
Mengutip kajian LIPI dalam buku “Perempuan Kepala Daerah dalam Jejaring Oligarki Lokal” (2017), harapannya, semoga perempuan-perempuan dalam pilkada di Sumsel tidak hanya menjadi “narasi simbolis perempuan” (symbolic narratyves of women) melainkan menjadi “narasi substantif perempuan” (substantive narratyves of women). (maspril aries)