Penulis Puisi Tuhan, Kita Begitu Dekat Telah Pergi Menemui Tuhannya
Sementara itu A. Teeuw dalam “Sastra Indonesia Modern II” (1989) menulis, bahwa tema utama dari sajak-sajak Abdul Hadi WM adalah kematian, kefanaan hidup, dan kesunyian maupun waktu yang menjadi kaki tangan maut. Tema-tema itu sangat terasa melalui banyak halaman karya-karyanya. Sampai akhir hayatnya Abdul Hadi WM telah membuktikan diri sebagai seorang penyair Indonesia modern yang memiliki obsesi yang cukup intens terhadap tema-tema religiositas, alam, dan manusia dalam sajak-sajak yang diciptakan selama ini.
Judul puisi “Tuhan, Kita Begitu Dekat” sudah mengimplikasikan adanya hubungan kedekatan antara Tuhan dan manusia. Menurut Puji Santoso, kalimat yang menjadi judul sajak itu juga menunjukkan adanya pernyataan atau kesaksiaan manusia atas keberadaannya dengan Tuhan. Sebagai manusia yang sudah memiliki derajat insan kamil, sudah sampai pada tahap makrifat, aku dapat menyaksikan kehadiran Tuhan yang berada di dekatnya.
Tuhan, Kita Begitu Dekat
Tuhan
Kita begitu dekat
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti angin dan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padammu
Kini Abdul Hadi WM telah pergi menemui Tuhannya. Namun ada banyak hikmah dan pelajaran yang ditinggalkannya. Salah satunya puisi ini:
“Jika hati kami terlalu liat dan keras
Lembutkan dan rubah jadi lantunan merdu suara Daud
Jika lembek, tempalah jiwa kami seperti Kau tempa jiwa Musa
Jika redup, nyalakan lagi suluh terang Rumi di rumah kami
Jika ciut, karuniai kami ketabahan Ayub dan Yusuf
Berpangku tangan bukan kebiasaan orang beriman”. ( Abdul Hadi WM, “Doa”) (Maspril Aries)