Home > Literasi

Singgah ke Rumah Dunia Tak Bersua Gol A Gong

Rumah Dunia tidak ku niatkan sebagai Taman Bacaan Masyarakat (TBM) melainkan pusat belajar.

Perpustakaan Rumah Dunia. (FOTO : Aina Rumiyati Aziz)

Kelahiran Rumah Dunia tidak terlepas dari peran Gol A Gong dan Tias Tanka. Tahun 1994 Gol A Gong menemukan sebidang tanah di kampung Ciloang, kemudian ia membeli tanah itu dengan luas 200 m2. Dari tempat itu bermula dari sebuah perpustakaan yang didirikan pasangan suami istri ini, kemudian berkembang dengan dibantu para sahabatnya dan juga keterlibatan para relawan sehingga menjadi seperti sekarang. Awal merintis Rumah Dunia semua terjadi pada kurun waktu tahun 1990-an.

Menurut Gol A Gong, pada 6 Februari 1998 ia tengah di berada di sebuah klinik bersalin di Neglasari, Serang menunggu, sang istri Tias Tanka melahirkan anak pertama mereka bernama Nabila Nurkhalishah Haris. Di situ Gol A Gong mendapat inspirasi saat melihat banyak ibu yang melahirkan. Ia menganalogikan klinik ini merupakan tempat di mana manusia pertama kali melihat dunia.

Saat itu Gol A Gong sudah mendapat inspirasi untuk nama perpustakaan yang didirikannya bersama istri. Inspirasi itu dilengkapki dengan buku-buku yang pernah dibacanya. Diantaranya buku puisi penyair Eka Budianta yang berjudul “Rumahku Dunia” dan novel karya Rabindranath Tagore berjudul “Rumah dan Dunia”. Kemudian Gol A Gong langsung memasang papan nama “Rumah Dunia” di dinding depan rumahnya.

Memasuki era milenial tahun 2000-an, Gol A Gong melalui komunitas Rumah Dunia mulai membangun pusat belajar yang dirancang untuk mencetak generasi baru Banten.

Diterima Abdul Salam di Rumah Dunia. (FOTO : Aina Rumiyati Aziz)

Membangun Rumah Dunia, Gol A Gong menyadari semua ilmu yang ia punya merupakan titipan dari Allah, maka dari itu ia rela untuk membagi berbagai kemampuan dan keterampilannya terutama kemampuan menulisnya kepada orang-orang yang ingin belajar bersama dengan nya di Rumah Dunia. Rumah Dunia adalah tempat berbagi pengetahuan, wawasan dan pengalaman.

Rumah Dunia di Kompleks Hegar Alam berdiri di atas lahan seluas 1.000 meter persegi, Di Rumah Dunia ada beberapa bangunan, ada perpustakaan anak-anak dan remaja, ada teater terbuka, ada bangunan pendopo dan ada auditorium.

Rumah Dunia yang berawal dari perpustakaan, pada Maret 2002 sempat berubah nama menjadi Pustakaloka Rumah Dunia (PRD). “Gara-gara nama itu kami sempat dicap aktivis PRD”, kenang Gol A Gong.

Dengan koleksi buku yang mencapai ribuan judul, kegiatan Rumah Dunia merambah sastra, teater, rupa, dan jurnalistik. Pada 14 Februari 2004, Rumah Dunia diresmikan oleh Hj Cucu Munandar istri Gubernur Banten, Djoko Munandar.

Dari buku yang lain berjudul “Menggenggam Dunia” Gol A Gong menuliskan, “Rumah Dunia didirikan penuh perjuangan yang panjang. Sebelum menjadi Rumah Dunia, tempat tersebut merupakan sebuah perpustakaan biasa.” Kemudian ia dan kawan-kawan nya yang mempunyai visi misi yang sama yaitu membentuk perpustakaan kecil menjadi Rumah Dunia.

Kini Rumah Dunia terus tumbuh dan berkembang, Rumah Dunia dan fasilitas pendukungnya kini berdiri berdiri di atas lahan seluas 3.000 meter persegi, dengan bangunan perpustakaan anak-anak dan remaja, teater terbuka, tempat diskusi, ruang auditorium, kafetaria dan Pendopo Rumah Dunia. Jam buka Rumah Dunia setiap hari mulai pagi hingga sore hari.

Menurut Gol A Gong yang kini mendapat amanah sebagai Duta Baca Indonesia menggantikan Najwa Shihab, Rumah Dunia adalah madrasah kebudayaan yang bergiat di bidang jurnalistik, sastra, film, teater, musik dan menggambar. Rumah Dunia memiliki visi “Mencerdaskan dan Membentuk Generasi Baru”. Tagline-nya “Rumahku Rumah Dunia, Kubangun dengan Kata-kata”. Misinya adalah mencerdaskan dan membentuk generasi baru yang kritis di bumi Banten.

Kini Rumah Dunia nadinya terus berdetak bersama relawan yang datang silih berganti. Tugas para relawan adalah yaitu mengelola kegiatan-kegiatan yang ada di Rumah Dunia. Relawan ada yang bermukim di asrama Rumah Dunia ada yang tidak tinggal di asrama Rumah Dunia.

Seiring berjalanya waktu, kini para relawan Rumah Dunia ada sudah lahir menjadi penulis, juga ada yang bekerja di berbagai media massa atau menjadi aktivis yang peduli pada pendidikan dan gerakan literasi. Rumah Dunia menjadi primadona bagi mereka gemar literasi sastra.

× Image