Menganalisis Oscar 2023 dari Beragam Sudut
Berbicara Indie dan Genre Films
Kemenangan EEAAO di Oscars 2023 merepresentasikan banyak hal. Tidak hanya menjadi film yang fokus menceritakan komunitas warga Amerika keturunan Asia dan perjuangan para imigran Asia bertahan hidup di negara paman Sam, EEAAO juga merepresentasikan pergeseran tren dan pandangan para elit Hollywood terhadap film indie dan genre films.
Sejak lama kita memperhatikan bahwa film-film yang memenangkan penghargaan semacam Piala Oscar didominasi oleh film-film drama serius, sejarah atau kadangkala musikal. Sangat jarang film-film popcorn populer yang kerap dikelompokkan sebagai “genre films” seperti film laga, aksi, horror, fiksi ilmiah dan sebangsanya memenangkan kategori-kategori bergengsi apalagi film terbaik.
EEAAO yang merupakan film aksi komedi dan fiksi ilmiah dengan budget terbatas mematahkan anggapan tersebut. Tiga aktor dari film ini masing-masing memborong piala untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik, Pemeran Pendukung Pria Terbaik, dan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik. Sementara, sebagian besar kru memborong piala untuk kategori Editing Terbaik, Skenario Orisinil Terbaik, Sutradara Terbaik dan tentunya Film Terbaik.
Sebelum malam penghargaan Oscar, Sutradara kawakan Guillermo Del Toro sempat menyinggung bahwa film semacam EEAAO belum tentu cocok untuk dirinya atau generasi yang lebih tua. Namun dia tidak mempermasalahkan hal tersebut. Generasi muda merasakan koneksi yang dalam dengan cerita yang disajikan EEAAO, seperti halnya generasinya merasakan koneksi yang sama dengan film The Graduate atau Trainspotting.
EEAAO merupakan produk zamannya dan refleksi waktu ketika film tersebut dirilis. Kemenangan EEAAO di ajang Oscar 2023 secara tidak langsung juga menjadi sentimen adanya regenerasi diantara pecinta film dan elit Hollywood modern terkait arah dan tren film, dalam hal ini popularitas indie dan genre film.
Pembicaraan tentang film indie tentunya tidak terlepas dari studio di balik EEAAO dan beberapa film lainnya yang masuk nominasi Oscar 2023, yaitu A24. Studio produksi dan distributor film ini mengantongi 18 nominasi untuk 6 film yang mereka pegang. Film-film tersebut diantaranya EEAAO, The Whale, Aftersun, Causeway, Close, dan Marcel the Shell with Shoes On. Sejak didirikan pada 2012, A24 menjadi perusahaan film Hollywood yang berfokus pada distribusi film-film indie dengan cerita orisinil.
Nama studio ini mulai dikenal publik berkat film horor semacam The Witch, Hereditary dan Midsommar. Selain itu, mereka juga merilis film dengan beragam genre mulai dari drama (Room), fiksi ilmiah (Ex Machina), komedi (The Disaster Artist), fantasi (Green Knight), dan lain-lain. Melihat filmografi studio ini, mereka juga kerap merilis film-film yang berfokus pada representasi Asia semacam The Farewell, Minari, Past Lives hingga EEAAO.
Perusahaan-perusahaan semacam A24 dan sebangsanya memberi kesempatan bagi film indie, khususnya film eksperimental yang tidak diminati oleh studio besar, untuk lebih dikenal dan ditonton banyak orang. Peran studio untuk mendistribusikan dan mempromosikan film yang mereka rilis tergolong krusial terutama menjelang periode dan musim penghargaan film.
Melihat daftar pemenang Oscar dan penghargaan film lainnya beberapa tahun terakhir, maka dapat disimpulkan bahwa film-film indie hingga genre films mulai mendapat tempat dan perhatian yang cukup besar dari berbagai pihak, termasuk anggota dan panitia Oscars dkk. Akan menarik melihat apakah tren ini akan terus bertahan atau digantikan oleh tren baru.
Strategi Kampanye Atau Kisah Sukses
Menelisik lebih jauh tentang para peraih Piala Oscar 2023 untuk kategori akting, terdapat pola yang muncul. Para pemenang Oscar tidak hanya diukur dari kemampuan akting mereka, tapi juga bagaimana mereka berkampanye dan mempresentasikan diri di depan media dan khalayak umum.
Salah satu kontroversi yang muncul dalam pagelaran Oscar 2023 adalah masuknya nama Andrea Riseborough dalam bursa nominasi pemeran utama wanita terbaik. Riseborough tidak begitu diperhitungkan dalam mayoritas prediksi awal untuk kategori ini. Namanya yang muncul di detik-detik terakhir lantas menimbulkan pertanyaan.
Bahkan, AMPAS membuka investigasi untuk menyelidiki apakah terjadi kecurangan dalam nominasi Riseborough. Hasilnya tidak ditemukan kejanggalan. Namun kontroversi ini memunculkan pembicaraan terkait etika dan strategi “kampanye” di era media sosial.