108 Ekor Leuchopsar rothschildi Terbang Kembali ke Habitatnya
Pemerintah melalui Kementerian LHK terus melakukan sharing knowledge pelestarian Curik Bali dan harus terus diinternalisasikan kepada kelompok-kelompok masyarakat yang lebih luas lagi dan peran program konservasi ex situ yang link to in situ untuk jenis-jenis burung dilindungi lainnya terutama yang endemik Indonesia juga harus menjadi perhatian untuk ditingkatkan.
Jadi untuk mereka yang belum tahu burung Curik Balik, burung ini adalah satwa langka dan endemik, salah satu satwa khas Indonesia yang penyebarannya secara alamiah hanya terdapat di pulau Bali atau di Taman Nasional Bali Barat.
Taman Nasional Bali Barat
Bagi yang belum tahu TNBB, ini informasinya. Taman Nasional adalah salah satu kawasan hutan untuk melindungi keanekaragaman tumbuhan, satwa beserta ekosistemnya dan dimanfaatkan secara lestari sebagai sumber daya alam hayati untuk penyangga kehidupan, salah satunya TN Bali Barat yang wilayahnya menyebar di Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.
Status TNBB berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 493/Kpts-II/95, dengan luas 19.002,89 hektar, TNBB merupakan habitat alami burung Curik Bali yang saat ini sangat kritis keadaannya. TNBB merupakan Balai Taman Nasional tipe A yang secara geografis terletak diantara 08˚ 05’ 30” LS sampai 08˚ 17’ 20” LS dan 114˚ 26’ 00” BT sampai 114˚ 56’ 30” BT.
Taman Nasional Bali Barat menyimpan keanekaragaman hayati yang memiliki beberapa tipe ekosistem yaitu hutan mangrove, hutan pantai, hutan musim, hutan hujan dataran rendah (evergreen) dan savana. Jumlah vegetasinya sebanyak 258 jenis tumbuhan, 14 diantaranya merupakan flora langka. Vegetasi di hutan evergreen ada 71 jenis diantaranya yaitu Alang-alang, Walikukun, dan Mentaos.
Selain flora, di TNBB terdapat 10 jenis fauna langka yang dilindungi selain burung Curik Bali adalah burung Jalak Bali, Jalak Putih (Sturnus melanopterus), Terucuk (Pycnonotus goiavier), Ibis Putih Kepala Hitam (Threskiornis melanocephalus) dan Banteng (Bos javanicus). Juga ada jenis satwa lain seperti Kijang (Muntiacus muntjak nainggolani), Luwak (Pardofelis marmorata), Trenggiling (Manis javanica), Landak (Hystrix brachyura brachyura), dan Kancil (Tragulus javanicus javanicus). Vegetasi di hutan evergreen ada 71 jenis dianataranya yaitu Alang-alang, Walikukun, dan Mentaos.
TNBB untuk fungsi pemanfaatan secara lestari di kawasan ini dilakukan dengan kegiatan ekowisata dengan mengembangkan wisata alam e-cotourisme, yaitu destinasi wisata yang tidak mengutamakan pada aspek keuntungan semata tetapi yang menjadi perhatian paling utama yaitu tetap sesuai aturan dalam menjaga lingkungan dan tidak mengubah apapun yang mempengaruhi kelestarian Kawasan.
Pariwisata yang ada di Taman Nasional Bali Barat melibatkan dan memberdayakan masyarakat sekitar dengan membentuk Forum Usaha Jasa Wisata Alam sehingga terjalin hubungan baik taman nasional dengan masyarakat sekitar. Dampak dari ekowisata tersebut, masyarakat ikut menjaga kelestarian ekosistem tempat wisata yang dikelolanya karena merasa di untungkan dengan adanya tempat wisata tersebut.
Seperti wisata pantai Karang Sewu yang pengelolaannya melibatkan masyarakat Gilimanuk yang mendapatkan pekerjaan baru selain sebagai nelayan yaitu menjadi pedagang dan pemandu wisata keliling Kawasan mangrove dengan perahu. Masyarakat tersebut tergabung dalam kelompok masyarakat Nelayan dan kelompok Segara Merta.