Home > Budaya

Sastrawan Indonesia Diundang Terlibat pada BRICS Literature Award 2025

Salah satu tugas utama forum ini adalah mendukung sastra nasional dengan penyebaran dan penerjemahan karya sastra ke dalam bahasa negara-negara sahabat.

Sastrawan Anwar Putra Bayu (kanan) saat berdiskusi. (FOTO: Muhammad Rifky),
Sastrawan Anwar Putra Bayu (kanan) saat berdiskusi. (FOTO: Muhammad Rifky),

“Semua masih dalam proses dan saya belum memberikan jawaban. Mereka masih bertanya, apa saya mau berpartisipasi untuk menjadi anggota The Board of Directors atau mungkin anggota juri ahli dari Indonesia”, kata penyair yang juga Koordinator Sumatera pada organisasi penulis Satupena.

Dalam proposal BRICS Literature Award menyebutkan bahwa penghargaan terhadap sastra negara-negara BRICS adalah untuk mempromosikan terjemahan, karya penerbitan, dan partisipasi dalam pameran dagang. Pembuatan platform komunikasi bagi peserta pasar sastra negara-negara BRICS

Konsep penghargaan BRICS Literature Award ditujukan bagi penulis atau sastrawan dari negara-negara BRICS yang menunjukkan kontribusi mereka terhadap sastra sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan.

Kehadiran BRICS Literature Award menurut Anwar Putra Bayu, seperti penghargaan Nobel sastra. “Bukan berati ada kesamaan. Penghargaan Sastra BRICS baru akan mulai tahun 2025, sementara Nobel Sastra jauh lebih tua usianya ada sejak 1901. Penghargaan Nobel diberikan untuk penulis dari seluruh dunia, tanpa batasan geografis. BRICS Literature Award fokus pada karya-karya dari negara-negara BRICS. Keduanya tidak bisa dibanding-bandingkan”, katanya.

Bayu mengharapkan BRICS Literature Award dapat meningkatkan visibilitas sastra BRICS dan mempromosikan kerjasama budaya. “Apa lagi Indonesia telah memiliki Kementerian Kebudayaan. Penghargaan Sastra BRICS menurut saya ada untuk mengakui dan merayakan pencapaian dalam dunia sastra penulis di negara-negara anggota BRICS”, ujarnya.

× Image