Home > Budaya

Obsesi Anwar Putra Bayu, Lahirnya Sastra (Puisi) Ekologis di Sumsel

Sastra ekologis mengusung pesan lingkungan melalui medium yang indah dan emosional, sastra ekologi dapat menjadi alat yang efektif untuk mendorong masyarakat menyelamatkan bumi.

Penulisan/ sastrawan Sumsel Benny Arnas. (FOTO: IG @bennyarnas)
Penulisan/ sastrawan Sumsel Benny Arnas. (FOTO: IG @bennyarnas)

Di Sumsel ada penulis Benny Arnas menurut yang menurut penelitian Septi Yulisetiani dan Isnaini Nur Rohmatun dari UNS dalam “Humanisme dan Nilai Cinta Lingkungan dalam Cerita Pendek Karya Benny Arnas” (2021) melalui pendekatan ekologi sastra, bahwa cerpen-cerpen Benny Arnas ada mempresentasikan bentuk nilai-nilai cinta lingkungan yang ditunjukkan melalui tindakan menjaga kelestarian, keindahan, dan kebersihan alam. Tokoh yang ditampilkan dalam cerpen memiliki nilai humanisme yang ditunjukkan dengan kebijaksanannya terhadap sesama manusia dan lingkungan alam alam.

Benny Arnas sastrawan yang bermukim di Lubuiklinggau, Sumsel menurut kajian Septi Yulisetiani dan Isnaini Nur Rohmatun merupakan salah satu sastrawan produktif Indonesia. Dia telah menulis berbagai genre sastra: novel, cerpen, puisi, dan naskah lakon. Cerpen-cerpen Benny Arnas telah dipublikasikan dalam berbagai surat kabar: Kompas, Media Indonesia, Republika, Koran Tempo, Jawa Pos, dan Suara Merdeka. Cerpen-cerpen Benny Arnas banyak memuat berbagai persoalan, salah satunya persoalan lingkungan alam.

Persoalan lingkungan tersebut terepresentasi dalam cerpen berjudul: (1) Taman Pohon Ibu; (2) Bunga Kecubung Bergaun Susu; dan (3) Di Napalmelintang, Bunga yang Indah Tidak Boleh Layu Tergesa-Gesa. Cerpen Taman Pohon Ibu memuat kisah salah satu tokoh yang disebut raja raja. Dia ingin membuat patung untuk mengenang kasih sayang seorang ibu yang tak terbatas waktu seperti alam semesta yang selalu memberi manfaat pada kehidupan manusia.

Cerpen Bunga Kecubung Bergaun Susu berkisah tentang tokoh lelaki desa bernama Mukhlisin yang memiliki sikap baik terhadap sesama manusia dan lingkungan alam. Cerpen Di Napalmelintang, Bunga yang Indah Tidak Boleh Layu Tergesa-Gesa memuat cerita tentang tokoh “kau”, seorang guru honorer dengan gaji kecil, namun memiliki kearifan terhadap lingkungan hidupnya.

Di luar Indonesia ada Rachel Carson dengan karyanya berjudul Silent Spring (1962). Penulis yang juga ahli biologi kelautan dalam karyanya memperkenalkan masalah kerusakan lingkungan akibat pestisida. Buku ini memicu kesadaran lingkungan global dan menjadi salah satu landasan gerakan sastra yang mengedepankan tema-tema ekologi.

× Image