Hilangnya Aturan dan Kaidah Bahasa Indonesia di Media Sosial (Memperingati Hari Sumpah Pemuda)
Satu lagi, media sosial juga mensosialisasikan fenomena bahasa alay. Dalam bahasa alay, kata-kata dimodifikasi dengan cara yang tidak lazim, misalnya mengganti huruf dengan angka atau simbol, contohnya “aku” menjadi "4kU”, ”mkcih, ya” (terima kasih, ya), ”otw ke rmh” (on the way ke rumah), dan ”gapapa” (tidak apa-apa). Meskipun terlihat kreatif, penggunaan bahasa alay dapat merusak pemahaman terhadap bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa alay dianggap bahasa gaul, kalau nggak pake bahasa alay bisa dianggap bukan anak gaul.
Pelanggaran Berbahasa
Dalam penggunaan Bahasa Indonesia di media sosial ditemukan ada kesalahan berbahasa dalam pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Menurut S. Piet Corder dalam bukunya Introducing Applied Linguistik, kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode bahasa. Pelanggaran ini disebabkan kurang sempurnanya penguasaan dan pengetahuan terhadap kode.
Sri Kurnia Hastuti Sebayang dan Anita Soleha Sofyan dalam “Analisis Kesalahan Berbahasa pada Sosial Media Instagram dalam Postingan, Komentar, dan Cerita Singkat “ (2019), kesalahan berbahasa biasanya ditentukan berdasarkan ukuran keberterimaan. Ukuran berbahasa yang baik ini adalah ukuran intrabahasa atau intralingual.
Ukuran kesalahan dan ketidaksalahan intrabahasa adalah ukuran kebahasaan. Ukuran kebahasaan meliputi: 1. Fonologi (tata susun) Ilmu tentang bunyi-bunyi (fonem) bahasa dan distribusi. Fonologi diartikan sebagai kajian bahasa yang mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap manusia.
2. Morfologi (tata kata) Ilmu bentuk kata adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata.
3. Sintaksis (tata kalimat) cabang tata bahasa mengenai studi penghimpunan kata-kata dalam kalimat-kalimat dan alat dengan mana hubungan seperti itu terlihat. 4. Semantik (tata makna) studi tentang makna yang digunakan untuk memahami ekspresi manusia melalui bahasa.