Kekhawatiran Hilangnya Songket Marga Danau
“Ketika kami meneliti rumah pasirah Marga Danau di sudut rumahnya melihat ada dayan, cacak dan beliro yang merupakan alat tenun bukan mesin atau ATBM untuk membuat kain songket. Kami perkirakan pada masa lampau sudah ada kegiatan menenun songket di daerah uluan Palembang”, ujar Dedi.
Sejarawan Dedi yakin bahwa kegiatan menenun songket sudah dikenal sejak lama dan ada juga di luar ibukota Palembang. Seperti saat ini, masih ada pengrajin songket di eks Marga Sakatiga seperti di Tebing Gerinting dan Muara Penimbung. Atau di eks Marga Tanjung Batu, seperti di desa Tanjung Laut, Limbang Jaya, Tanjung Batu atau Desa Payaraman.
“Namun untuk pengrajin songket Marga Danau di Kecamatan Pedamaran sepertinya saat ini sudah tidak ada. Entah, mungkin pengetahuan tentang songket Marga Danau sudah hilag sejak tidak ada lagi pengrajin songket di Kecamatan Pedamaran setelah Marga dibubarkan”, kata Dedi Irwanto, Kamis (26/9).
Pengabdian Unsri
Kekhawatiran dan kecemasan hilangnya songket Marga Danau di Kecamatan Pedamaran membuat Unsri menurunkan tim Pengabdian dengan melakukan pendampingan pembuatan ATBM untuk pengrajin songket. Tim Pengabdian Unsri juga mendatangkan pengrajin songket dari Desa Limbang Jaya, Kabupaten Ogan Ilir (OI) untuk melatih Kelompok Sungkitan Marga Danau di Desa Pedamaran VI.
“Kita perkenalkan dan membuat kembali ATBM pada kelompok tersebut mulai dari dayan, cacak, awit, apit, por, suri, tumpuan, pemipil, beliro, pelinting, teropong hingga rogan. Tujuannya agar ATBM ini kembali akrab di masyarakat Pedamaran. Sehingga nanti muncul kembali kegiatan tenun songket Marga Danau dari Kecamatan Pedamaran”, kata Ansori anggota tim Pengabdian Unsri.
Dan menurut anggota Agustina Bidarti anggota tim Pengabdian Unsri, penggalian potensi songket Marga Danau di Kecamatan Pedamaran merupakan peluang dan tantangan dalam mengelola kewirausahaan songket di pedesaan.