Home > Politik

Dinasti Politik Mematikan Demokrasi, Lahan Subur Pelanggengan Regenerasi Elite Politik

Politik dinasti melahirkan mereka yang tidak punya kapasitas akan tampil sebagai pemimpin dengan dukungan politik uang, mahar politik dengan membeli semua partai politik.
Suwandi Sumartias Guru Besar Komunikasi Politik Fikom Unpad bicara demokrasi dan politik dinasti. (FOTO: Muhammad Rifky)
Suwandi Sumartias Guru Besar Komunikasi Politik Fikom Unpad bicara demokrasi dan politik dinasti. (FOTO: Muhammad Rifky)

KINGDOMSRIWIJAYA, Palembang – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah menggelar seminar nasional bertajuk “Menakar Politik Dinasti dan Politik Aji Mumpung di Pemilukada 2024”.

Seminar yang berlangsung Kamis, 25 Juli 2024 dibuka Wakil Dekan I Yenrizal dengan menghadirkan nara sumber Suwandi Sumartias Guru Besar Komunikasi Politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad), pakar hukum Feri Amsari dari Fakultas Hukum Universitas Andalas (Unand), Izommiddin Guru Besar dan Dekan Fisip UIN Raden Fatah dari Ahmad Naafi dari Bawaslu Sumsel.

Suwandi yang menyampaikan paparannya tentang “Demokrasi Rasa Dinasti (Antara Prospek dan Tantangan)” menjelaskan suhu politik Indonesia pasca pemilihan presiden menuju pemilihan kepala daerah (Pilakda) serentak 2024, benar-benar sedang mengalami peningkatan yang luar biasa, sensitif dan emosional. “Demokrasi ibarat panggung sandiwara dalam labiran yang gelap gulita”. Katanya.

Menurutnya, yang tengah terjadi demokrasi rasa dinasti. “Demokrasi hanya wacana di atas kertas yang penuh dengan retorika yang berbusa-busa. Tak lebih sekedar jargon, yang penuh dengan kebohongan politik. Pendulum demokrasi semakin bias makna dan ambigu, dan ironisnya yang lebih mengemuka adalah model politik dinasti”, kata dosen Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Unpad.

× Image