Home > Literasi

Hari Kemerdekan Pers Sedunia dan Jurnalis Perempuan (Selamat Jalan Nurseri)

Jurnalis perempuan adalah sebutan bagi perempuan yang melakukan pekerjaan jurnalisme dan memilih profesi jurnalis. Mereka menerjunkan dirinya pada bidang profesi yang didominasi laki.
Tiga jurnalis perempuan Sumsel dari kiri ke kanan, Weny Ramdiastuti, Aina Rumiyati Aziz dan Nurseri Marwah. (FOTO: Maspril Aries)
Tiga jurnalis perempuan Sumsel dari kiri ke kanan, Weny Ramdiastuti, Aina Rumiyati Aziz dan Nurseri Marwah. (FOTO: Maspril Aries)

KINGDOMSRIWIJAYA – 3 Mei 2024 ketika dunia memperingati Hari Kebebasan Pers Sedunia, komunitas jurnalis di Sumatera Selatan (Sumsel) berduka. Masyarakat pers di daerah ini kehilangan seorang jurnalis perempuan, Nurseri Marwah yang meninggal dunia pada Kamis, 2 Mei 2024 pukul 22.20 di RSUP Mohammad Hoesin, Palembang.

Pada 3 Mei 2024 jenazah almarhumah yang di akhir hayatnya menjabat General Manager (GM) Harian Sumatera Ekspres dikebumikan di area Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Funun, Desa Tambang Rambang, Kecamatan Rambang Kuang, Ogan Ilir.

Banyak jurnalis di Sumsel dan nara sumber yang merasa kehilangan seorang jurnalis perempuan yang ulet, gigih di lapangan dan rajin menyapa rekan-rekannya secara langsung atau melalui platform media sosial (medsos).

Nurseri adalah jurnalis perempuan yang karirnya bermula dari reporter di lapangan sampai menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Sumatera Ekspres (dulu salah satu dari surat kabar anggota dari Jawa Pos Grup).

Kepergian Nurseri ke haribaan Illahi adalah kehilangan bagi rekan-rekan seprofesinya, khususnya di komunitas jurnalis perempuan. Dua jurnalis perempuan senior Sumsel Aina Rumiyati Aziz dan Weny Ramdiastuti menulis catatan mereka di laman FB.

Aina menulis, “Kenal Nurseri, saat masih reporter, karirnya menanjak, terakhir dia GM di Sumeks. Aku pernah satu kamar saat liputan di SG. Kami bercerita banyak tentang kehidupan terutama tentang perempuan yang terjun di dunia jurnalistik yang tidak mengenal waktu.”.

Menurut Aina, “Saat itu Nurseri masih sebagai redaktur. Yang sering pulang dini hari, karena harus mengedit berita teman temannya, sebelum tayang di media. Cerita panjang kami membuat kami tidur larut. Kemudian dengar kabar, dia sudah jadi Pimred Sumeks. Tentu saja seneng dengar kabar itu, karena perempuan mulai diperhitungkan”.

× Image