Home > Literasi

Iedul Fitri Saat Semua Mukmin Gembira

Seorang mukmin yang mengaplikasikan hasil sukses Ramadhannya dalam ketakwaan yang membumi tadi, akan menjadi agen-agen perubahan moral, adab dan etika (akhlak),

Oleh: Kiagus M. Tohir Alif

Iedul Fitri atau Idul Fitri, secara bahasa bermakna Hari Raya kembali berbuka/makan-makan. Berasal dari suku kata al Ied, berarti Hari Raya dan al Fitr bermakna berbuka/makan. Acap, kita menyangka bahwa makna Idul Ftri sebagai Hari Raya kembali suci/kembali ke kesucian. Karena kita mengira kata “Fitri” berasal dari kata “Fitrah” yang memang berarti bersih/suci.

Jika ditilik dari visi misi mukmin berpuasa Ramadhan, dengan seluruh rangkaian ibadah taqarrub kepada Allah Ta'ala, yang memang bermuara penghapusan segala dosa hamba dengan raih ampunan-Nya, nampak sedikit kerancuan makna tadi dapat dimaklumi. Baiklah, mari kita beralih dari pembahasan makna kata tadi, pada yang lebih fundamental: Bagaimana mengisi bulan-bulan pasca Lebaran 1 Syawal Idul Fitri? “Saudaraku yang dikasih sayangi Allah, setelah kita semua diyakini sukses melatih fisik dan mental selama satu bulan Ramadhan, melalui ujian kejujuran dan konsistensi, pertanyaan berikut; mampukah kita menjaga kontinyuitas ketakwaan tadi, pasca lebaran?” Bagaimana tidak, selama Ramadhan, sejak Subuh sampai Magrib kita mampu menahan nafsu makan, minum dan hubungan suami istri, padahal itu semua halal bagi kita, di luar Ramadhan. Tentu kita lebih mampu lagi menahan nafsu dan menghindari zat maupun sumber dan proses mendapatkan makan, minum dan hubungan badan yang tidak halal (baca: haram) bagi kita, di 11 bulan berikutnya.

× Image