Apriyadi Mendorong Listrik Desa di Muba Menyala Terang Benderang
KINGDOMSRIWIJAYA – Dulu zaman Orde Baru (Orba) berkuasa pernah ada anekdot, “Desa tanpa listrik layaknya desa tak bernyawa”. Lalu lahir program yang bernama Listrik Masuk Desa. Itu terjadi tahun 1989. Jelas bahwa, listrik sangat dibutuhkan oleh masyarakat desa untuk menunjang kegiatan mereka sehari-hari. Bukan hanya orang kota saja yang boleh menikmati listrik.
Kemudian tokoh bangsa Ahmad Syafii Maarif pernah menulis di Harian Republika edisi 25 Februari 2005 dengan judul “Sumpur Kudus Setelah Merdeka,” “Jika ukuran kemerdekaannya dilihat dari standar listrik masuk desa, hal itu dapat dilihat dari pemasangan arus listrik yang terlambat ke Sumpur Kudus. Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, maka Sumpur Kudus merdeka dari kegelapan pada tanggal 29 Januari 2005, setelah listrik masuk desa”.
Seperti di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan (Sumsel), menjelang 79 tahun Indonesia merayakan kemerdekaan, masih ada desa yang belum menikmati listrik atau bahasa lainnya belum teraliri listrik.
Padahal menurut data PT PLN Unit Induk Distribusi Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu (UID S2JB), rasio elektrifikasi di Sumsel mencapai 99,02 persen pada tahun 2023. Rasio tersebut sama dengan 2.328.568 pelanggan.
Masih adanya desa yang belum mendapat aliran listrik, itu menjadi perhatian Penjabat (Pj) Bupati Muba Apriyadi. Pada tahun keduanya menjabat Pj Bupati, ia ingin seluruh desa di Muba teraliri listrik dari PLN.
Untuk mendorong sekaligus mewujudkan seluruh desa di Muba listrik menyala dan terang benderang, pada Senin (18/3) Apriyadi bersama sejumlah pejabat, termasuk Camat dan Kepala Desa mendatangi kantor PT PLN UID S2JB di Palembang yang berjarak sekitar 130 km dari Sekayu (ibu kota Kabupaten Muba).
Menurut mantan Kepala Bappeda Muba, di daerah yang dipimpinnya masih ada tujuh desa pada empat kecamatan yang belum mendapat aliran listrik dari PLN.