Malari Gerakan Mahasiswa 50 Tahun Lalu
Dalam berbagai gerakan mahasiwa yang berbeda waktu tersebut kerap ditemukan adanya beberapa kemiripan atau ekuivalensi. Dalam buku “Pengumpulan Sumber Sejarah Lisan: Gerakan Mahasiswa 1966 dan 1998” yang terbit tahun 2011 menyebutkan kesamaan tersebut diantaranya, sama-sama dimotori oleh kaum muda, dalam hal ini mahasiswa dan pelajar.
Gerakan mahasiswa muncul akibat rasa ketidakpuasan atas situasi dan kondisi lingkungan sosial, ekonomi dan politik pada zamannya. Kemudian, gerakan mahasiwa mereka berhasil menumbangkan penguasa pada zamannya, seperti pada gerakan mahasiswa 1966 yang menumbangkan Presiden Soekarno dan gerakan mahasiswa 1998 yang menumbangkan penguasa Orba Presiden Soeharto.
Dari kesamaan pada gerakan mahasiswa tersebut ditemukan adanya satu bentuk motivasi, yaitu adanya keinginan untuk melakuka perubahan atau koreksi terhadap hal yang menyimpang dalam kehidupan sosial. Gerakan mahasiswa yang merupakan gerakan moral tersebut cenderung bermuara idealisme subjektif mahasiswa akan kondisi sosialnya.
Gerakan mahasiswa di Indonesia hadir karena melihat kondisi negara yang sedang mengalami kegoncangan sistem politik nasional yang selalu mengalami perubahan bentuk pemerintahan. Itu terjadi sejak Orde Lama sampai Orde Baru, yang disebabkan oleh lemahnya posisi negara atas rakyatnya.
Di banyak negara mahasiswa merupakan variabel penting yang berperan dalam proses perubahan politik. Gerakan mahasiswa telah memainkan peranan penting menjadi barisan terdepan yang selalu meneriakan tuntutan demokrasi dan keadilan sosial. Di Indonesia, seperti gerakan mahasiswa 1998 terbukti membuka jalan demokrasi.
Menurut Anas Syahrul Alimi dalam “Solilqui, Pemikiran Filsafat, Agama dan Politik” (2002), pada hakekatnya gerakan mahasiswa bersifat anti kekerasan. Kekerasan bukanlah ciri gerakan mahasiswa di belahan bumi manapun. Watak gerakan mahasiswa lebih sebagai gerakan pemikiran kearah perubahan-perubahan yang evolutif menuju perubahan. Artinya yang ditonjolkan oleh gerakan mahasiswa adalah kualitas gagasan perubahan yang dihendaki dengan cara-cara yang lebih logis-intelektual.
Andik Matulessy dalam “Political Efficacy, Political Trust Dan Collective Self Esteem Dengan Partisipasi Dalam Gerakan Mahasiswa” (2013) menyatakan, melihat fakta sejarah gerakan mahasiswa diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa selalu berpartisipasi aktif dalam menyikapi problem sosial dan kebijakan politik pemerintah yang tidak memihak pada rakyat kecil.
Partisipasi mahasiswa dalam gerakan sosial mengungkapkan new political issues and ideas, utamanya sebagai respon untuk memberikan solusi terhadap berbagai problem sosial yang diakibatkan dari kekuasaan politik yang dianggap menindas rakyat. (maspril aries)