Agus Fatoni dari Minat Baca, Gemar Membaca Cetak Generasi Unggul
Menurut N Kartika dan W Nugrahanto dalam “Mengembangkan Minat Baca Di Masyarakat Desa Pasanggrahan Dan Desa Malongpong Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka” (2014), gagasan “membaca adalah jendela dunia” perlu ditanamkan pada anak-anak di usia 5 hingga 12 tahun sebagai landasan kebiasaan agar kelak lebih giat menggali berbagai ilmu yang dapat diperoleh dari kegiatan membaca.
“Buku adalah guru yang paling baik karena buku tidak pernah jemu menggurui kita”, tulis Suherman (2009). Buku dengan sabar membimbing dan melayani pembacanya baik yang berkecepatan rendah maupun cepat. Ia bisa menghampiri kita kapan pun, tidak terikat waktu dan tempat, dan yang pasti menjadikan orang lebih bijaksana. Buku adalah satu-satunya alat untuk mempelajari abad-abad yang sudah lewat. Buku adalah kunci terbaik untuk memahami bangsa-bangsa lain yang belum kita kunjungi.
Dengan buku dan membaca, seseorang dapat memiliki pikiran, ide, dan gagasan apabila banyak informasi yang masuk ke dalam benaknya. Semakin banyak informasi yang masuk, semakin besar isi pikirannya, semakin cemerlang gagasan-gagasannya, semakin kreatif, dan semakin berharga pula ide-idenya. Cara utama untuk menyerap informasi adalah membaca.
Dalam membaca juga perlu diperhatikan ada tahap-tahapnya. Menurut Nurhadi dalam “Teknik Membaca” (2016), membaca memiliki tahapan seperti prabaca, saat baca, dan pascabaca.
1. Prabaca, dalam tahap ini pembaca diharapkan memiliki motivasi dan meningkatkan skemata. Skemata bertujuan agar pembaca dapat memiliki pemahaman yang terdapat dalam teks sehingga pembaca mendapatkan pengetahuan. Skemata adalah “pengalaman dan pengetahuan yang terorganisir dalam pikiran dengan variabel-variabelnya (subkomponen) untuk memahami hal yang sama dengan pengetahuan yang baru dibaca atau diketahui”.
2. Saat Baca, bagian ini bertujuan untuk memusatkan perhatian pembaca untuk memaksimalkan kemampuannya dalam menemukan informasi. Pembaca dapat menentukan kegiatan seperti berikut teks dibaca dengan cermat, menyusun kesimpulan, memahami informasi dari teks, mencatat hal penting, mencocokkan sumber dengan sumber yang lain, menyambungkan ide dari penulis satu dengan penulis yang lain.
3. Pascabaca, tahap ini bertujuan untuk melatih pembaca agar memiliki sikap mental yang baik setelah membaca teks. Pembaca dapat melakukan hal-hal seperti setuju atau tidak setuju dengan isi teks, berdiskusi dengan teman dan saling memberi komentar, jika setuju dengan isi teks dapat mempraktikkan ide dari teks, melakukan aksi jika kurang setuju dengan isi teks, dan menciptakan gagasan yang baru.
Bagaimana kiranya agar minat baca, gemar membaca untuk cetak generasi unggul seperti yang disampaikan Pj Gubernur Sumsel bisa terwujud? Banyak jawabannya, salah satunya disampaikan Kang Maman, “Sayang sekali belum banyak program pemerintah yang menjemput minat baca masyarakat”. Program yang berkaitan dengan gerakan literasi, penerbitan buku dan peningkatan minat baca memang harus terus diperbanyak, bukan hanya seremonial semata.
Jika menurut Gol A Gong “Membaca itu hebat, menulis itu hebat” maka menurut Gray dan Rogers (1995), dengan membaca seseorang akan banyak mendapatkan keuntungan antara lain : mengetahui yang aktual, up to date, mengetahui lingkungan, dapat memuaskan pribadi-pribadi memenuhi tuntutan praktis dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan minat terhadap sesuatu lebih lanjut memuaskan tuntuan intelektual, memuaskan tuntutan spiritual dan lain.
Sebagai penutup melengkapi kutipan Agus Fatoni pada awal tulisan ini, mari kitu renungkan pernyataan mantan Duta Baca Indonesia Najwa Shihab dalam acara Nugra Jasadarma Pustaloka Gemilang Perpustakaan Nasional 2016. “Bangsa yang jauh dari buku ibarat rumah tidak berjendela, yang penghuninya hanya mampu memandang tembok-tembok, jarak pandangnya pasti pendek, tidak bisa menikmati, menghikmati luasnya cakrawala”. (maspril aries)