Ada Tenun Serat Nanas Prabumulih dengan ATBM Pertamina
Masih menurut Zumar, secara umum di negara kita dikenal ada empat teknik menghias kain sebagai bagian dari proses menenun yaitu teknik hias ikat lungsi atau lungsin yaitu teknik dimana kain coraknya dibuat pada benang lungsi/benang yang memanjang di alat tenun.
Teknik hias ikat pakan yaitu teknik yang hampir serupa dengan teknik hias ikat lungsi, hanya perbedaannya terletak pada benang yang diikat. Teknik hias ikat ganda yaitu penggabungan satu lembar kain berdasarkan kedua teknik sebelumnya yang nantinya terjadi persilangan antara benang lungsi dan benang pakan yang tepat bertumpuk pada titik pertemuannya.
Terakhir teknik songket merupakan cara menciptakan ragam hias pada waktu menenun dengan memasukkan pakan tambahan yang melewati benang lungsi dengan irama sesuai dengan ragam hias yang direncanakan.
Ketiga teknik pertama menyangkut penerapan ragam hias pada benang sebelum ditenun, yang kemudian dijalin dengan teknik tenun sederhana, sedangkan teknik songket membentuk ragam hias pada kain pada waktu ditenun dengan menggunakan benang khusus.
Kini di Prabumulih, potensi limbah daun nanas menjadi serat untuk bahan tenun. Di Kelurahan Gunung Ibul, Prabumulih sudah ada Kelompok Tenun Serat Nanas Riady yang menjadi kelompok penenun serat daun nanas pertama di Sumsel.
Kelompok Tenun Serat Nanas Riady yang dipimpin Rita telah berdiri sejak tahun 2021 tepatnya saat pandemi Covid-19. Kemampuan menenun berbahan serat nanas ini berawal dari sebuah pelatihan oleh Pemerintah Kota Prabumulih dengan mendatangkan penenun serat nanas dari Jawa Barat. Kelompok lalu mengembangkan menjadi penenunan serat daun nanas.
Kelompok Tenun Serat Nanas Riady telah mampu memproduksi kain tenun serat nanas yang dikombinasikan dengan benang songket khas Prabumulih. Pada beberapa daerah sudah ada kain tenun kombinasi serat nanas dengan benang, seperti kain tenun Toraja diperoleh dari benang pabrikan dan benang hasil pemintalan kapas dan serat daun nanas.
Keberadaan Kelompok Tenun Serat Nanas Riady ini mendapat perhatian dari BUMN migas Pertamina. Melalui Pertamina EP Prabumulih Field melakukan pembinaan, diantaranya dengan memberikan bantuan alat produksi berupa Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan mesin jahit.
Kelompok Tenun Serat Nanas Riady adalah mitra binaan Pertamina EP Prabumulih Field untuk program Pemberdayaan Masyarakat dengan Pemanfaatan Serat Nanas Prabumulih (Raden Mas Prabu). Program (Raden Mas Prabu) ini berupaya mengoptimalkan pertanian nanas zero waste dari hulu sampai hilir.
Untuk program ini Pertamina melibatkan dua kelompok utama, yaitu Kelompok Tani Tunas Jaya pada bagian hulu dan Kelompok Tenun Serat Nanas Riady di bagian hilir.
“Program ini juga merupakan manifestasi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan atau TJSL Pertamina EP Prabumulih Field dalam mendorong produk lokal bernilai jual global,” kata Adam S. Nasution yang bersama Tuti Dwi Patmayanti mewakili manajemen Pertamina EP Prabumulih Field saat menyerahkan bantuan ATBM.
Menurut Tuti Head Of Comrel & CID Zona 4, “Kelompok Tenun Serat Nanas Riady telah kami dampingi dan akan diproyeksikan sebagai kelompok percontohan tenun serat nanas di Prabumulih mengingat nanas adalah ikon kota ini.”
Selain memanfaatkan limbah serat nanas yang memberi nilai ekonomis, menurut Tuti, program Raden Mas Prabu juga mendorong penurunan emisi karbon dioksida (CO2) akibat dari pembakaran daun nanas pasca panen. “Selama ini kan limbah daun nanas setelah panen tidak termanfaatkan dimusnahkan dengan cara dibakar,” ujarnya.
Dengan adanya bantuan dan pembinaan dari Pertamina, Rita Ketua Kelompok Tenun Serat Nanas Riady berharap bantuan dan pendampingan Pertamina tersebut usaha yang dirintisnya bersama anggota kelompoknya bisa berkembang dan meningkatkan hasil produksi sehingga memberikan kesempatan memperluas pemberdayaan bagi masyarakat sekitar yang berkelanjutan.
Pemberdayaan oleh Pertamina dalam memanfaatkan daun nanas menjadi serat nanas sebagai bahan pembuat kain tenun mendapat dukungan dari SKK Migas Sumatera bagian Selatan (Sumbagsel). Menurut Safe’i Syafri Kepala Departemen Formalitas dan Komunikasi SKK Migas Sumbagsel, adanya kegiatan hulu migas di daerah memang harus memberikan efek sebesar-besar dan sebanyak-banyaknya bagi masyarakat.
“Keberadaan industri hulu migas tidak hanya menyumbang PAD melalui dana bagi hasil migas namun hulu migas senantiasa diberikan tanggung jawab untuk peduli kepada pengembangan masyarakat di sekitar wilayah operasional perusahaan. Sehingga melalui program pengembangan ini kami berharap masyarakat dapat merasakan langsung bagaimana multiplier effect kegiatan hulu migas ini,” ujarnya.
Sinergi antara industri hulu migas melalui pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan limbah daun nanas berpotensi menghasilkan bahan baku tekstil karena, dapat dijadikan benang melalui proses pemintalan. Serat nanas juga memiliki bentuk serat berupa filament, tanpa dipintal terlebih dahulu serat tanaman tersebut dapat digunakan sebagai langsung benang karena bentuknya yang sudah halus seperti benang.
Tanpa mencampur serat tersebut dengan material lain, serat tanaman nanas dapat digunakan langsung sebagai bahan baku tekstil sebagai benang pakan untuk tenun. Silahkan berkreasi dengan serat nanas untuk mendapatkan nilai tambah sekaligus menyelamatkan lingkungan dengan penurunan emisi karbon dioksida (CO2) akibat dari pembakaran daun nanas pasca panen. (maspril aries)