Bibliotheca Alexandrina Perpustakaan Pertama dan Terbesar di Dunia (Bagian 1)
Bibliotheca Alexandria Egypt terus berkembang menjadi pusat ilmu pengetahuan. Raja Mesir sempat membelanjakan harta kerajaannya untuk membeli buku dari seluruh pelosok negeri hingga terkumpul 442.800 buku dan 90.000 berbentuk ringkasan tak berjilid.
Pada masa kejayaan Perpustakaan Alexandria, setiap kapal dan penjelajah yang singgah ke Mesir akan digeledah. Setiap buku dan naskah yang ditemukan akan disalin, salinannya akan diberikan sementara naskah asli akan disita oleh pihak perpustakaan.
Salah satu kejadian adalah ketika Athena meminjamkan naskah klasik Yunani mereka kepada Mesir karena diberikan jaminan oleh Mesir bahwa Mesir hanya ingin menyalinnya. Namun kenyataannya Mesir justru menyita semua naskah yang ada dan hanya memulangkan salinan kepada Athena.
Bibliotheca Alexandria Egypt atau Perpustakaan Alexandria di Mesir kemudian dikenal sebagai perpustakaan pertama dan terbesar di dunia sekaligus perpustakaan yang bertahan selama berabad abad dan memiliki koleksi 700.000 gulungan papyrus, bahkan jika di bandingkan dengan Perpustakaan Sorbonne di abad ke-14 ‘hanya’ memiliki koleksi 1700 buku.
Namun semua kebesaran itu hancur dan musnah. Tercatat dalam sejarah ada tiga peristiwa yang menghancurkan perpustakaan tersebut. Pertama, menurut dokumen berjudul Kronik Perang Alexandria karya Titus Livius, Pada tahun 48 SM kaisar Roma, Julius Caesar memerintahkan untuk membakar gedung itu dalam perang melawan Ptolomeus. Kebakaran itu memusnahkan sebagian naskah berharga. Saat kebakaran, hampir seluruh warga kota turun tangan memadamkan api.
Julius Caesar lalu meminta maaf dan menggantikan 200.000 buku sebagai gantinya kepada Ratu Mesir Cleoptara. Namun penggantian itu tidak cukup untuk mengganti kerugian akibat terbakarnya Perpustakaan Alexandria.
Kedua, akibat penyerangan yang dilakukan oleh bangsa Aurelian sekitar abad 3 SM. Ketiga, kerusuhan yang terjadi akibat jatuhnya Theophilus. Pada 300 Masehi perpustakaan ini sirna dan tiada dari muka bumi.
Cendikiawan Muslim dan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafi’i Maarif pernah berucap, “Salah satu penyumbang terbesar manuskrip-manuskrip ilmu pengetahuan di dunia adalah Perpustakaan Alexandria di Mesir. Perpustakaan itu mungkin masih yang terbesar hingga kini.”
Pernyataan pria yang akrap disapa “Buya Syafii” memang benar adanya. Menurut Fernando Baez dalam Historia Universal de la destruction de libros (diterjemahkan menjadi Penghancuran Buku dari Masa ke Masa) tidak hanya sekadar tempat menyimpan manuskrip, Perpustakaan Alexandria juga merupakan tempat yang selalu ramai dengan diskusi dan ceramah para intelektual di zamannya. “Begitu berharganya tempat ini sehingga sempat dijuluki sebagai ‘sangkar para Dewi Inspirasi’,” tulisnya. (maspril aries)