Home > Lingkungan

Matinya Key Species Rimba Andalas di Jorong Tikalak (Bagian 1)

Harimau Sumatera adalah satwa endemik pulau Sumatera yang saat dan merupakan spesies kunci.

Ciri-ciri harimau sumatera adalah harimau terkecil, pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat. Harimau sumatera jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci dari kepala ke buntut atau sekitar 250 cm panjang dari kepala hingga kaki dengan berat 300 pound atau sekitar 140 kg, sedangkan tinggi dari jantan dewasa dapat mencapai 60 cm.

Harimau sumatera betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198 cm dan berat 200 pound atau sekitar 91 kg. Belang harimau Sumatera lebih tipis daripada sub spesies harimau lain. Warna kulit harimau sumatera merupakan yang paling gelap dari seluruh Harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga orange tua. Harimau sumatera juga punya lebih banyak janggut serta surai dibandingkan sub spesies lain, terutama harimau jantan.

Dengan ukuran tubuh yang kecil tersebut harimau sumatera bisa dengan lincah menjelajahi rimba Andalas. Puyang atau Datuk ini memiliki selaput di sela-sela jarinya sehingga mampu berenang dengan cepat.

Untuk menyelamatkan harimau Sumatera dari kepunahan, berbagai upaya konservasi harus terus dilakukan dan ditingkatkan untuk menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya dalam buku “SAATNYA BERUBAH Aksi Korektif Siti Nurbaya Mengelola Lingkungan Hidup dan Kehutanan” menyatakan, penangangan langsung seperti melakukan patroli pengamanan di kawasan konservasi, upaya penyelamatan (rescue) satwa liar, translokasi satwa liar, rehabilitasi satwa liar, penanggulangan konflik satwa liar dan manusia, dan penegakan hukum dalam peredaran tumbuhan dan satwa liar ilegal.

Selain itu berbagai upaya tidak langsung juga dilakukan dalam bentuk penguatan kerjasama bidang lingkungan hidup dan kehutanan antara Kementerian LHK dan LIPI, penanaman jenis-jenis endemik, pemulihan ekosistem, kerja sama pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar, penyusunan strategi dan rencana aksi upaya peningkatan populasi 25 jenis satwa terancam punah prioritas antara lain orang utan, badak, gajah sumatera, harimau sumatera, dan burung rangkong gading, penetapan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE), serta pengembangan jasa lingkungan dan wisata alam sebagai wujud pemanfaatan keragaman hayati yang lestari.

Komitmen pemerintah Indonesia untuk upaya konservasi harimau Sumatera sudah sangat jelas seperti pada kesepakatan pertemuan Pre Tiger Summit Dialog Meeting pada 12-14 Juli 2010 di Bali. Tiga belas negara yang mewakili habitat alami harimau bersepakat untuk melipatgandakan populasi harimau di alam dan menyatakan 2022 lalu sebagai tahun harimau.

Spesies harimau di dunia saat ini tersisa sekitar 3.200 ekor yang meliputi enam sub spesies yaitu harimau Sumatera, Bengal, Amur, Indochina, Cina Selatan, dan Malaya. Sub spesies yang ada di Indonesia, harimau Sumatera, dengan populasi sekitar 400 individu, mewakili 12 persen dari total populasi harimau di dunia – kondisi ini telah menempatkan Indonesia sebagai negara kunci dalam pelestarian harimau di dunia.

Menurut data yang Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wiratno pada Februari 2022, saat ini populasi harimau Sumatera yang hidup di habitat aslinya sebanyak 604 ekor. Selain yang ada di habitat aslinya, ada sebanyak 370 ekor harimau Sumatera yang dirawat di tempat konservasi. Sebanyak 258 ekor di antaranya berada di lembaga konservasi di luar Indonesia.

“Habitat harimau harus dijaga supaya tidak punah karena kehadiran harimau sangat penting untuk keseimbangan alam. Penyelamatan masa depan harimau sumatera sama dengan penyelamatan masa depan hutan” kata Wiratno. (maspril aries)

× Image