Perempuan untuk Rektor Unila 2023 - 2027
Pendapat lain, menurut Nahiyah Jaidi Faraz dari UNY (Universitas Negeri Yogyakarta) bahwa perempuan cenderung lebih memiliki perilaku yang demokratis dan partisipatif, seperti hormat pada orang lain, perhatian pada orang lain. Gaya seperti ini mengacu pada kepemimpinan interaktif, gaya seperti ini memiliki unsur-unsur kepemimpinan yang transformasional, yakni yang inspirasional.
Namun di tengah masyarakat ilmiah atau masyarakat awam jika mendengar gunjingan tentang kepemimpinan perempuan maka diskusi dan kajiannya akan menyeret atau terseret kepada pro dan kontra, dimana dengan budaya patriarkhi di Indonesia dan stigma perempuan seringkali dijadikan alasan untuk berlaku tidak adil terhadap kaum perempuan.
Namun dengan terpilihnya perempuan menjadi Rektor Unila maka kampus yang berdiri di kawasan Gedong Meneng di sebelahnya ada terminal bus terbesar di Lampung bernama Terminal Rajabasa, telah merespon tentang pentingnya responsif gender di perguruan tinggi.
Coba simak pendapat Rektor UIN Walisongo Imam Taufiq yang menyatakan, tentang pentingnya perguruan tinggi responsif gender. Menurutnya, “Pengarustamaan gender semestinya menjadi paradigma, semangat dan perilaku dalam pengelolaan kampus, baik manajemen kelembagaan maupun pengembangan universitas.”
Kini dan ke depan, ada beberapa perguruan tinggi di Indonesia sudah dalam proses menuju perguruan tinggi responsif gender (PTGR). Menuju pada penyeimbangan kepentingan, baik bagi laki-laki dan perempuan yang menjadi penting untuk dilakukan oleh semua perguruan tinggi tanpa kecuali.
Terkait dengan kesetaraan gender, Unila bisa melakukannya atau bahkan sudah melakukannya dengan terus mendorong transformasi sosial melalui program kampus responsif gender. Perlu ada upaya nyata dari perguruan tinggi untuk mewujudkan transformasi dimulai dengan mewujudkan indikator kampus responsif gender. Kesetaraan gender dengan memilih rektor perempuan adalah salah satu hal yang perlu dan harus dilakukan oleh Unila atau oleh semua perguran tinggi di Indonesia tanpa terkecuali.
Jadi jika banyak PTN besar di Jawa dan luar Jawa punya rektor perempuan, dekan perempuan maka kini dan sudah saatnya Unila bertransformasi dipimpin seorang perempuan. Ini bukan kampanye, apa lagi kampanye politik, tapi suara dari luar kampus, dari yang pernah menjadi bagian di dalamnya, sudah saatnya perempuan untuk Rektor Unila 2023 – 2027.
Mas Menteri dan anggota Senat Unila sudah saatnya gunakan suara anda untuk menjadikan Unila yang lebih baik ke depan dengan memilih perempuan sebagai rektor yang bisa mengangkat dan memulihkan citra universitas yang berdiri 23 September 1965 dari keterpurukannya. (maspril aries)