Home > Olahraga

Suporter Sepak Bola dan Hooliganisme

Imbas lockdown terhadap klub-klub asal Inggris tersebut, klub-klub mulai berbenah dengan memperhatikan suporternya. Beberapa klub mulai menerapkan kartu pengenal bagi para suporter-nya.

Selain lockdown, transformasi sepak bola di Inggris pasca tragedi Hillsborough FA menerbitkan aturan ketat pada seluruh stadion

penyelenggara pertandingan di Inggris. Semua stadion tidak diijinkan lagi memiliki tribun atau tempat berdiri (standing terrace) untuk penonton, juga meniadakan sekat besi pembatas antar tribun.

Hooliganisme

Perdana Menteri Inggris Margareth Thatcher (almarhum) pernah menyatakan, “Hooliganisme seperti penyakit menular yang harus dikarantina.” Hooliganisme adalah sebutan atau istilah yang sangat terkenal di kalangan suporter sepak bola di dunia, termasuk di Indonesia.

Suporter sepak bola Ukraina melakukan salam Nazi. (FOTO : Doug Seeburg/The Sun)

Mendiskusikan tentang hooliganisme pernahkah menonton film berjudul Green Street Hooligans? Film yang dibuat tahun 2005 bercerita tentang hooliganisme sepak bola di Inggris. Cerita dan skenario film ini dibuat oleh seorang mantan hooligan Dougie Brimson. Film ini bercerita tentang seorang mahasiswa perguruan tinggi Amerika terlibat dengan firma Hooligan West Ham (Green Street Elite) yang dikelola oleh kakak iparnya.

Sepanjang cerita film berdurasi lebih dai 90 menit, Green Street Elite bertarung dengan “firma” lainnya seperti Yid Army kelompok pendukung Tottenham Hotspur, Birmingham Zulus, Red Army dan Millwall Bushwackekrs.

Para hooligan dalam film tersebut direpresentasikan sebagai suporter yang mudah terpancing emosi, selalu bentrok dalam bentuk adu mulut maupun adu fisik. Para hooligan adalah suporter fanatik yang menonton pertandingan sepak bola dengan datang langsung ke stadion. Perilaku hooligan adalah suporter yang setia kepada klub ditunjukkan dengan memakai atribut klub seperti kaos, topi, syal dan lain sebagainya.

Film Green Street Hooligans memperlihatkan ciri hooligan dari cara bicara cenderung kasar dan suka mengumpat, meremehkan orang asing yang tidak dikenalnya dan memperlihatkan ketidaksukaan pada sesuatu secara terus terang. Ada yang menyebut hooliganisme adalah suporter fanatik yang anarkis.

Apa itu Hooliganisme? Hooliganisme adalah suatu paham terhadap suatu budaya yang merujuk pada apa yang secara luas dianggap sebagai perilaku nakal dan merusak oleh kelompok suporter sepakbola (hooligan), seperti berkelahi, vandalisme, dan melakukan tindakan intimidasi.

Mengutip A Deriemaeker dan DP Maere dalam “Football Hooliganism in England” (2016), hooliganisme sendiri pertama berkembang di tanah Inggris dan disebut dengan “The English Disease” oleh otoritas pemerintah di sana.

Istilah hooliganisme baru muncul pada akhir abad ke-18 di Inggris atau tahun 1898. Saat itu suporter muda di Inggris melakukan kekerasan dan tindakan destruktif pada pertandingan sepak bola. Istilah hooligan muncul dalam surat kabar di Inggris yang menyebutnya dengan istilah “Houlihan”. Houlihan diambil dari nama dari sebuah keluarga asal Irlandia yang dianggap sebagai sebuah lakon oleh The O’Hooligan Boys di ruang musik Plumstead.

Menurut Deriemaeker & Maere, para hooligan sangat identik dengan ciri-ciri penampilan “Teddy Boy”, “Mod” dan “Skinhead” serta sangat popular di kalangan kelas pekerja di Inggris. Awalnya tindakan kekerasan para hooligan ditujukan terhadap para pemain. Pada tahun 1960-an, serangan mulai ditujukan kepada suporter dari klub lawan dan polisi.

Tindakan penyerangan tersebut ditandai dengan kemunculan “Youth Ends” kelompok suporter yang berisikan pemuda kelas pekerja yang memiliki ciri khas menggunakan pakaian berlabel designer. Hal tersebut membuat polisi lebih sulit saat mengidentifikasi kelompok hooligan.

Ciri hooligan dapat dikenali dari penampilannnya yang jarang menggunakan pakaian yang sama dengan klub kesayangan mereka agar tidak terditeksi kehadirannya oleh aparat. Para hooligan paling anti menggunakan senjata dalam sebuah perkelahian, karena menurut mereka itu hanyalah sebuah cara yang dilakukan oleh sekelompok pengecut

Dalam perkembangan perilaku atau tindakan para hooligan semakin meluas ke dalam bentuk perebutan daerah kekuasaan, saat itu setiap suporter saling berlomba dalam mengambil alih wilayah kekuasaan masing[1]masing dengan berbagai cara hingga melakukan kekerasan.

× Image