Saya Mau Belajar Jurnalisme Radio
Karakteristik Berita Radio
Seorang reporter atau wartawan radio juga harus memahami dan mengerti karakteristik dan kriteria berita radio. Dalam situs romeltea.com menyebutkan jurnalistik radio (radio journalism) merupakan jurnalistik generasi kedua setelah jurnalisme cetak (print journalism). Jurnalistik radio disebut juga jurnalisme penyiaran (broadcast journalism).
Jurnalisme penyiaran atau jurnalisme radio memiliki ciri khas atau karakteristik utama yaitu : Pertama, Auditif atau radio hanya menyajikan suara untuk didengarkan, untuk telinga, untuk dibacakan atau disuarakan. Karenanya, jurnalisme radio itu disuarakan. Tidak ada format lain selain audio. Apa pun yang disampaikan melalui radio, harus berupa suara atau disuarakan (auditif).
Kedua, Spoken Language yakni menggunakan bahasa tutur atau kata-kata yang biasa diucapkan dalam obrolan sehari-hari (spoken words). Kata-kata yang dipilih mesti sama dengan kosakata pendengar biar langsung dimengerti. Penulisan naskah berita radio harus menggunakan bahasa tutur.
Ketiga, Sekilas yaitu informasi dalam siaran radio sekilas. Tidak bisa diulang. Karenanya harus jelas, sederhana, dan sekali ucap langsung dimengerti. Keempat, Global bahwa berita radio menghindari detail dan tidak rumit. Angka-angka dibulatkan, fakta-fakta diringkaskan. Satu topik berita idealnya disampaikan dalam 1-2 menit saja.
Berita radio juga memiliki kriteria yaitu, Baru dan Hangat (hot and new), Berarti (significant), Melayani kebutuhan (interest), dan berkaitan dengan kepentingan khalayak (relevant).
Kemudian dalam penulisannya, berita radio harus ELF (Easy Listening Formula). Enak didengar, mudah dipahami. Susunan kalimat yang jika diucapkan enak didengar dan mudah dimengerti pada pendengaran pertama. Usahakan menggunakan struktur kalimat SPOK –Subjek, Predikat, Objek, Keterangan.
Kemudian juga harus KISS (Keep It Simple and Short), sederhana dan ringkas. Naskah berita radio harus hemat kata, tidak mengumbar kata atau bertele-tele, menggunakan kalimat-kalimat sederhana, pendek, dan tidak rumit. Gunakan sesedikit mungkin kata sifat dan anak kalimat (adjectives).
Dan berita radio itu WTYT (Write The Way You Talk). Tuliskan sebagaimana Anda mengucapkannya. Artinya, gunakan bahasa tutur, bahasa percakapan. Misalnya, Pkl 16.00 ditulis “pukul empat sore” dan Rp5.000 ditulis pengucapannya “lima ribu rupiah.” Serta, Satu Kalimat Satu Napas, jadi upayakan tidak ada anak kalimat. Sedapat mungkin tiap kalimat bisa disampaikan dalam satu napas.
Juga harus diingat seorang reporter radio atau jurnalis pada umumnya dalam menulis dan menyiarkan beritanya harus berada di atas landasan A + B + C = C yaitu Accuracy + Balance + Clarity = Credibilty. Kredibilitas berita, naskah berita, penulis berita, penyampai berita, institusi radio dan tim redaksi pemberitaan radio sangat tergantung keyakinan para jurnalis dan penulis berita memperhatikan : Accuracy (keakuratan), Balance (keseimbangan) dan Clarity (kejelasan).
Ada satu tips bagi wartawan atau reporter radio yang dibagikan wartawan radio senior Hasan Asy`ari Oramahi dalam buku “Menulis untuk Telinga” (2003) memberi tips, ada lima azas yang senantiasa harus diingat dalam menulis berita (radio) yang akan disiarkan. Pertama, It’s Spoken- -diucapkan. Berita radio adalah suatu yang diucapkan untuk didengar, naskah berita yang belum disiarkan belum dapat dikatakan berita radio. Dia baru menjadi berita radio, apabila sudah diucapkan atau dibaca enyiar untuk disiarkan kepada pendengar.
Kedua, It’s Immedate – langsung. Radio adalah media sekarang, bukan media kemarin atau media besok. Di antara kelebihan radio dibandingkan surat kabar adalah ciri sekarang tersebut, karena sesuatu yang disiarkan melalui radio, harus sampai di telinga pendengar dan memberi kesan bahwa hal itu terjadi sekarang.
Ketiga, It’s Person to Person – antar orang. Radio adalah media akan dan kau person to person, walaupun jumlah pendengar radio tidak terbatas, komunikasi yang digunakan atau dibangun adalah oleh penyiar dengan satu orang pendengar, dengan kata lain pendengar radio selalu tunggal adanya.
Walau jumlah radio tidak terbatas atau banyak, tidak terlihat dan terpisah jarak, maka komunikasi yang dibangun juga berupa komunikasi satu arah, artinya pesan yang disampaikan harus singkat, padat dan cermat.
Keempat, It’s Head Only Once. Radio adalah media sekali dengar, artinya pendengar hanya memiliki satu kesempatan untuk mendengar pesan yang disampaikan oleh penyiar sampaikan. Pendengar tidak punya kesempatan untuk meminta penyiar mengulangi pesan tersebut. Jadi berita radio harus clarity has to priority; artinya kejelasan merupakan prioritas utama.
Kelima, It’s Sound Only –Hanya Bunyi. Kata-kata adalah jembatan antara redaktur berita radio dan pendengar. Kata-kata itu hanya dapat didengar karena radio adalah media audio. Untuk siaran berita hal yang selalu diingat adalah bahwa karena radio bekerja hanya dengan bunyi belaka, it’s sound only, maka pesan yang disampaikan harus jelas; jangan membuat pendengar bingung (confuse).
Akhirnya Selamat Hari Radio, 11 September 2022, semoga belajar jurnalisme radio bermanfaat. (maspril aries)