Melancong ke Negeri di Awan Tembagapura
Bandara Mozes Kilangin yang dibangun 1970 merupakan bandara internasional untuk penerbangan dari dan ke wilayah proyek PT Freeport Indonesia. Bandara ini memiliki panjang landasan 2.390 meter dengan lebar 45 meter. Pada 2008 baru dibuka untuk umum. Bandara Mozes Kilangin memiliki fasilitas yang modern dan lengkap.
Setelah istirahat sejenak di bandara, perjalanan masih akan diteruskan ke Tembagapura. Ada dua pilihan ke sana, dengan perjalanan darat menggunakan bus atau terbang dengan chopper. Jika menggunakan bus harus melewati medan dan jalan yang cukup ekstrim, jika perjalanan lancar Tembagapura bisa ditempuh dengan waktu sekitar dua atau tiga jam. Bus nya pun khusus anti peluru.
Perjalanan kali ini berkesempatan naik chopper. Kalau dalam ilmu sejarah, chopper adalah istilah yang dilekatkan atau nama kapak dari batu. Namun chopper di Papua adalah alat transportasi domestik paling mahal, terbang dari bandara Mozes Kilangin ke Tembagapura hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk mendarat di Heliport Aing Bugin.
Chopper adalah sebutan masyarakat di Timika atau karyawan Freeport untuk alat transportasi jenis helikopter dengan kapasitas angkut lebih besar dari helikopter pada umumnya. Mampu membawa 30 orang berikut awak dan kru untuk satu kali penerbangan.
Walau terbang dalam waktu yang singkat namun bukan jaminan bisa terbang secara terjadwal. Chopper bisa stand by setiap hari namun penerbangan dari dan ke Tembagapura amat tergantung pada cuaca. Cuaca bisa berubah secara ekstrem setiap waktu. Beruntung pagi itu cuaca cerah dan penerbangan ke Tembagapura bisa dengan lancar. Terbang di atas ketinggian hutan dan pegunungan Papua di bawah terlihat hijau dengan puncak penggunungan yang menjulang. Di sudut lain di kejauhan ada terlihat kabut tebal.
Mendarat di Heliport Aing Bugin yang terletak Mile 66, saat keluar dari chopper udara dingin langsung menyergap tubuh. Dari sini perjalanan dilanjutkan dengan bus menuju guest house untuk beristirahat di tengah udara Tembagapura yang pagi itu sangat dingin yang ditingkahi dengan kabut. Guest house-nya memiliki fasilitas layak standar hotel berbintang.
Catat ya, jika berkunjung ke Tembagapura jangan lupa membawa perlengkapan jaket tebal untuk menghangatkan tubuh. Suhu di Tembagapura berkisar 5 – 20 derajat celcius. Di kota ini matahari kerap bersinar “malu-malu” karena selalu tertutup awan dan kabut serta hujan.
Kota Tembagapura memiliki topografi perbukitan yang cukup terjal maka tak heran jika jalanan berkelok-kelok dan bergelombang. Namun Tembagapura adalah kota yang rapi dan teratur. Desain dan tata kotanya seperti kota-kota di negara maju dengan pemandangan susunan bangun perumahan sampai barak yang menjadi tempat tinggal para karyawan PT Freeport Indonesia.
Perumahaan diperuntukkan bagi karyawan yang berkeluarga dan karyawan lajang. Tipe perumahannya mulai dari tipe 54 sampai tipe 250. Barak diperuntukkan karyawan staf dan bukan staf status lajang dan status berkeluarga yang tidak membawa anggota keluarganya ke Tembagapura.
Selain di Tembagapura yang terletak di Mile 68 yang menjadi tempat tinggal sebagian besar karyawan PT Freeport Indonesia, juga ada komplek perumahaan Hidden Valley atau Aing Bugin yang terletak di Mile 66 atau sekitar tiga kilometer ke arah Selatan Tembagapura.
Di Hidden Valley ada rumah tipe apartemen dan tipe rumah kopel. Perumahan di kawasan ini arsitektur bangunan berciri menyudut yang artistik dan penataan bangunannya membentuk kota kecil yang teratur dan asri. Di sini juga menjadi tempat tinggal karyawan staf yang membawa keluarganya.
Dengan kota yang tertata rapi, di Tembagapura juga fasilitas sosial dan fasilitas umum yang lengkap. Ada pusat perbelanjaan dan kafe, toko, restoran, salon kecantikan dan bank. Juga tersedia fasilitas olahraga seperti kolam renang air hangat di kawasan Bukit Pelangi, lapangan sepak bola sampai tempat kebugaran.
Selain itu di Ridge Camp atau Mile 72 tempat perumahan bagi karyawan lajang tersedia ruang makan bagi karyawan, juga ada restoran dan bar yang diberi nama Lelah Lupa Club (LLC) juga ada Rumah Makan Nusantara yang dikelola Koperasi PTFI (Kokafri).
Tembagapura memiliki luas 2.280 km2 dengan jumlah penduduk sekitar 30.000 jiwa. Untuk transportasi penduduknya di sini PTFI menyediakan bus bagi karyawan dan tamu yang berkunjung. Bus ini gratis. Bus di Tembagapura adalah alat transportasi darat yang menunjang aktivitas tambang dan transportasi sehari-hari warganya. Bus di sini berbeda dengan bus kota yang ada di tempat lain.
Lazimnya sebuah kota, di Tembagapura moda transportasinya adalah kendaraan roda empat jenis bus yang disediakan PTFI, ada bus kerja yang digunakan untuk mengangkut karyawan ke dan dari daerah tambang. Juga ada bus cuti mingguan yang libur mingguan (Schedule Day Off/ SDO) ke dan dari Timika. Kemudian ada bus cuti yang khusus mengangkut karyawan ke dan dari bandara, bus sekolah yang mengangkut anak-anak sekolah dan bus kota dengan trayek perjalanannya di dalam kota. Bus di Tembagapura besar-besar.