Sastrawan Lampung Zulkarnain Zubairi (Udo Z Karzi) Tiga Kali Raih Rancage

KINGDOMSRIWIJAYA, Bandung – Jika dalam sepak bola ada yang namanya hattrick, istilah yang digunakan ketika seorang pemain mencetak tiga gol dalam satu pertandingan. Ini dianggap sebagai pencapaian luar biasa, terutama di level kompetisi tinggi, karena menunjukkan ketajaman, konsistensi, dan dominasi pemain tersebut di lapangan.
Ini juga bolehlah disebut hattrick walau tidak persis dan terjadi di dunia sastra. Mungkin bukan hattrik ketika seorang penulis atau sastrawan mendapat tiga kali penghargaan pada anugerah sastra pada tahun yang berbeda, tidak tiga kali berturut. Sastrawan tersebut bernama Zulkarnain Zubairi atau dengan nama Udo Z Karzi, tahun 2025 kembali memperoleh Hadiah Sastra Rancage yang ketiga. Hebatnya tiga Hadiah Sastra Rancage diterima Udo dari dari tiga genre sastra yang berbeda.
Sebelumnya, Udo memperoleh Hadiah Sastra Rancage pertama kali tahun 2008 untuk buku kumpulan sajak Mak Dawah Mak Dibingi yang terbit tahun 2007. Hadiah Sastra Rancage kedua diperoleh tahun 2017 untuk novel Negarabatin terbitan Pustaka LaBRAK tahun 2016. Penghargaaan Hadiah Sastra Rancage ketiga diraihnya tahun 2025 dari buku kumpulan cerpen Minan Lela Sebambangan yang diterbitkanPustaka LaBRAK tahun 2024.
Menurut Ketua I Yayasan Kebudayaan Rancage, Etti RS saat mengumumkan pemenang Hadiah Sastra Rancage 2025, ada tiga judul karya sastra Lampung dan juri menetapkan peraih Hadiah Sastra Rancage 2025 untuk sastra Lampung adalah buku kumpulan cerpen Minan Lela Sebambangan: Selusin Cerita Buntak Udo Z Karzi menyisihkan dua karya lain, yakni Lehot Meranai Sai Jama Kundang Ni, kumpulan puisi karya Edy Samudra Kertagama, dan Ranglaya Mulang, kumpulan puisi karya Elly Dharmawanti.
Terpilihnya karya Udo sebagai peraih penghargaan menurut juri sastra Lampung Guru Besar Farida Ariyani, buku Minan Lela Sebambangan bukan sekadar kumpulan cerita pendek, melainkan juga upaya konkret untuk menggali, menghidupkan, dan memopulerkan bahasa serta tradisi perkawinan adat Lampung di tengah arus globalisasi.