Home > Lingkungan

Wujudkan, Laboratorium Tanaman Langka

Data dari Kementerian Kehutanan, ataupun lembaga lainnya, sudah banyak jenis-jenis pohon yang saat ini sudah dikatagorikan langka.

Oleh: Dr. Yenrizal, M.Si (Akademisi Komunikasi Lingkungan UIN Raden Fatah)

Abad ke 7 Masehi atau tahun 682 M, sekian abad silam, Raja Sriwijaya bermaklumat dalam Prasasti Talang Tuwo. Ia memerintahkan agar dibangun sebuah Taman Sriksetra yang isinya harus ditanami dengan berbagai jenis, mulai bambu, kelapa, pinang, wuluh, dan pattum. Menarik, karena di saat segalanya masih belantara, Sang Raja sudah berpikiran untuk menanam beragam tanaman.

Setelah sekian ratus tahun, pesan Sang Srijayanasa, ternyata menunjukkan relevansinya. Banyak jenis pohon dan tanaman lain, yang sudah sulit untuk ditemui. Beberapa pohon sudah dikatagorikan sangat langka, mungkin suatu saat akan punah.

Data dari Kementerian Kehutanan, ataupun lembaga lainnya, sudah banyak jenis-jenis pohon yang saat ini sudah dikatagorikan langka. Ulim (Eusideroxylon Zwageri), Ramin (Gonystylus spp.), Merbau (Intsia spp.), Jelutung (Dyera Costulata), Cendana (Santalum Album), Damar Putih (Agathis labillardierei), Meranti (Shorea), Merawan (Hopea odorata), Tembesu (Cyrtophyllum fragrans), dan berbagai jenis lainnya, sudah sangat sulit ditemui.

Kelangkaan tanaman tersebut dominan karena terus terjadinya pengurangan jumlah kawasan hutan atau deforestasi. Data dari simontini.id menyebutkan sampai tahun 2024 terjadi 261.575 hektar deforestasi. Angka ini menunjukkan peningkatan dibanding tahun sebelumnya sebesar 4.191 hektar. Sementara kita tahu, habitat pohon-pohon langka tersebut ada pada kawasan hutan.

Deforestasi bisa disebabkan karena pembukaan areal hutan untuk penggunaan lain seperti perkebunan, pertanian ataupun pertambangan, praktek pembalakan liar (Illegal Loggingserta kebakaran hutan. Data simontini.id juga menyebutkan bahwa laju deforestasi terbesar pada Kalimantan Timur, Barat, Tengah, Riau, dan Sumatera Selatan.

× Image