Home > Budaya

Lukisan Yos Suprapto Dibredel dan Kanvas yang Bersedih (Lukisan-Lukisan yang Dibredel di Dunia)

Fenomena pembredelan karya seni, termasuk lukisan, telah memicu perdebatan panjang tentang kebebasan berekspresi, batasan moral, dan peran seni dalam masyarakat.

Ilustrasi Melukis. (FOTO
Ilustrasi Melukis. (FOTO" Safira Yasmin)

Mengapa Seni Dibredel? Ada banyak ada banyak alasan pembredelan: dari politik hingga moralitas. Bredel karena alasan politis, karena lukisan yang dipamerkan mengkritik pemerintah atau menampilkan tema-tema yang dianggap mengancam stabilitas negara. Lukisan yang menyuarakan ketidakadilan sosial, korupsi, atau pelanggaran HAM

Kemudian alasan moral dan agama. Banyak karya seni yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai agama atau moral setempat. Adanya sensitifitas budaya akibatnya lukisan yang menyinggung isu-isu sensitif dalam masyarakat tertentu sering kali menjadi sasaran pembredelan.

Karya seni atau lukisan yang dianggap terlalu vulgar, eksplisit, atau bertentangan dengan norma-norma moral masyarakat juga seringkali menjadi sasaran sensor. Lukisan yang mengandung unsur pornografi, kekerasan, atau yang dianggap merusak moralitas seringkali dilarang.

Pelarangan atau bredel terhadap lukisan atau seni tentu akan berdampak mematikan atau menguatkan seni. Pembredelan tidak selalu berarti kematian bagi seni. Dalam banyak kasus, karya-karya yang dilarang justru mendapatkan perhatian lebih besar dari publik. Pada bagian lain, ketika sebuah karya seni dilarang, pesan yang dibawanya sering kali menjadi lebih kuat, memicu diskusi dan kesadaran di masyarakat.

Pembredelan seni adalah sebuah fenomena kompleks yang memiliki akar sejarah yang panjang yang akan membuat kanvas bersedih. Pembredelan ini memberi isyarat bahwa tantangannya dan upaya untuk melindungi kebebasan berekspresi tak boleh lelah melainkan harus terus dilakukan. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga agar ruang bagi seni tetap terbuka dan bebas dari segala bentuk sensor.

"Setiap zaman selalu melahirkan seniman-seniman yang kritis terhadap zamannya. Pada masa perubahan seniman memiliki dua pilihan apa tetap berada pada status quo, atau sebagai pelopor dari perubahan itu", (Anggiat Tornado dalam "Ideologi Sosial Politik pada Karya Semsar Siahaan”). (maspril aries)

× Image