Home > Gaya Hidup

Tapak Tilas Pria Belanda ke Plaju (Kota Minyak)

Kunjungan ke Palembang bukan hanya perjalanan pribadi untuk mencari asal-usul, tetapi juga sebuah refleksi tentang bagaimana sejarah, budaya, dan ingatan masa lalu saling terhubung.

KIlang Pertaminan Plaju. (FOTO: https://unity-in-biodiversity-ru3plaju.com/)
KIlang Pertaminan Plaju. (FOTO: https://unity-in-biodiversity-ru3plaju.com/)

Kilang ini merupakan kilang atau pabrik penyulingan minyak bumi tertua di Indonesia yang dibangun kolonial Belanda. Kilang minyak Plaju dan Sungai Gerong kini berada di bawah pengelolaan PT Pertamina (Persero). Sebagai kilang minyak tertua, Plaju dan Sungai Gerong memiliki sejarah panjang tentang industri dan minyak dan gas bumi di Indonesia.

Kilang minyak Plaju berdiri tahun 1904 oleh perusahaan minyak milik Belanda oleh Royal Ducth Shell kemudian dikelola Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM). Kilang ini awalnya dibangun untuk memproses minyak mentah dari lapangan minyak yang ada di wilayah Sumatera Selatan, di antaranya dari ladang minyak Talang Akar dan Pendopo serta yang ada di perbatasan Sumsel dengan Jambi yaitu Tempino. Kemudian tahun 1935 dibangun pipa sepanjang 275 kilometer dari Tempino (Jambi) ke Plaju oleh NV Nederland Indische Aardolie Maatschappij (NIAM) sebagai pengelola minyak di Jambi dengan biaya mencapai 3,5 juta Gulden.

Tahun 1926 berdiri kilang minyak Sungai Gerong oleh perusahaan minyak Amerika Serikat, Standard Vacuum Oil Company (Stanvac). Kilang Sungai Gerong merupakan salah satu kilang terbesar pada masa itu di Asia Tenggara. Menggunakan teknologi canggih pada masanya. Lokasinya berdekatan dengan Plaju, memanfaatkan infrastruktur sungai untuk transportasi minyak.

Kilang Plaju dan Sungai Gerong adalah pusat pengolahan minyak yang sangat vital sejak zaman kolonial, masa pendudukan Jepang sampai awal Kemerdekaan Indonesia. Pada masa Hindia Belanda menjadi salah satu pusat utama pengolahan minyak bumi.

Ketika Jepang menduduki Indonesia pada 1942, dua kilang ini direbut tentara Jepang dan memanfaatkannya untuk mendukung kebutuhan perang, termasuk memproduksi bahan bakar untuk keperluan militer. Setelah kekalahan Jepang pada 1945, kedua kilang kembali berada di bawah pengelolaan Belanda hingga masa nasionalisasi.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, kilang Plaju dan Sungai Gerong menjadi simbol perjuangan ekonomi nasional. Pada tahun 1957, melalui gelombang nasionalisasi, kilang Plaju diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan dikelola oleh Pertamina (saat itu masih bernama Permina). Kilang Sungai Gerong juga diintegrasikan ke dalam sistem nasional pada 1960. Penggabungan kedua kilang ini memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu negara penghasil minyak bumi utama di Asia Tenggara.

× Image