Home > Budaya

Selamat Datang Kementerian Kebudayaan dan Fadli Zon

Sejak Indonesia merdeka belum pernah ada kementerian yang mengurus ratusan etnis, budaya, adat istiadat, tradisi, dan bahasa daerah yang tersebar di Tanah Air.

Fadli Zon di Art Jakarta bersama Prof Wayan Kun Adnyana, Putu Radana di depan lukisan raksasa karya Sunaryo. (FOTO: IG @fadlizon)
Fadli Zon di Art Jakarta bersama Prof Wayan Kun Adnyana, Putu Radana di depan lukisan raksasa karya Sunaryo. (FOTO: IG @fadlizon)

Fadli Zon

Kini semua keluh kesah, suara nyaring dan harapan agar kebudayaan tidak lagi pandang sebelah mata, di pundak Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyandang harapan besar tersebut. Selama lima tahun ke dititipkan amanah kebudayaan kepada menteri yang pernah menjalani pendidikan pada Fakultas Ilmu Budaya (dulu Fakultas Sastra) jurusan Sastra Rusia Universitas Indonesia (UI).

Tentang siapa Fadli Zon, kisah perjalanan hidupnya bisa ditelusuri dari jejak digitalnya. Kepedulian pria kelahiran 1 Juni 1971 pada kebudayan dan kesenian tidak perlu diragukan lagi. Walau berkiprah sebagai politisi yang bergabung dengan Partai Gerindra serta menjadi anggota DPR perhatiannya pada kebudayaan Indonesia sangat besar, ini dibuktikan tidak hanya pada pemikirannya tapi pada aksi nyatanya.

Sebagai contoh kesukaannya pada dunia menulis seperti sastra sudah ada sejak mahasiswa. Fadli Zon yang sempat menjadi wartawan dan menjabat Dewan Redaksi pada majalah sastra Horison (sudah tidak terbit), masa mahasiswa pernah menulis di majalah tersebut, tulisannya berjudul “Potret Pergulatan Sastra dan Sastrawan Rusia di Bawah Penindasan” (Horison, No.11 November 1993).

Dalam artikel yang lumayan panjang 11 halaman, ia mengupas habis tentang sastrawan Rusia serta karya sastra mereka. Diantaranya, memaparkan tentang penindasan terhadap dua sastrawan legendaris Rusia yang pernah meraih Hadiah Nobel oleh rezim komunis yang berkuasa. Dua sastrawan tersebut, Boris Pasternak yang mendapat penghargaan tahun 1958 dan Aleksandr Solzhenitsyn tahun 1970.

× Image