Firko dan Fenomena Politik Uang atau Politik Transaksional
KINGDOMSRIWIJAYA – Hampir pada setiap kontestasi pemilihan pimpinan atau ketua yang dihasilkan dari pemilihan atau pemungutan suara, kerap merebak isu “politik uang”. Isu tersebut berhembus liar tanpa bisa terkonfirmasi fakta dan kebenarannnya.
Seorang wartawan senior Sumatera Selatan (Sumsel) Firdaus Komar di laman media sosialnya beberapa waktu lalu mengunggah foto diri dan kutipan yang isinya: “FENOMENA – Mungkin saat ini mereka yang memilih pimpinan karena ado duitnyo akan senang atas kelebihan dan keroyalan calon, tapi akan kecewa setelah nanti tahu atas segala kekurangan kualitas, integritas dan kepemimpinan”.
Tidak ada penjelasan, kutipan ini diunggah terangkai dengan momen yang mana? Atau karena sedang masa kampanye pemilihan umum (pemilu) atau karena pada waktu yang hampir bersamaan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Sumatera Selatan tengah mempersiapkan “hajatan” melaksanakan Konperensi PWI Provinsi Sumsel untuk memilih Ketua PWI Sumsel periode 2024 – 2029? Tidak ada penjelasan dari unggahan tersebut.
Yang diketahui Firdaus Komar yang kerap disapa Firko adalah Ketua PWI Sumsel 2019 – 2024 yang berakhir masa kepemimpinannya karena terpilih menjadi Direktur Uji Kompetensi Wartawan (UKW) PWI Pusat. Namun isu politik ini disampaikan salah seorang calon ketua PWI Sumsel yang ikut berkompetisi. Dalam visi dan misinya menyebutkan, “Stop money politic, jual beli suara atau suap menyuap dalam konferensi ”.
Politik uang atau juga disebut money politics selalu menjadi isu yang mewarnai kontestasi politik, dari tingkat pemilihan di tingkat desa sampai ke tingkat nasional. Politik uang juga menjadi isu dalam kontestasi pemilihan ketua organisasi politik, organisasi massa dan organisasi lainnya yang jika sukses meraih jabatan pimpinan akan menaikan prestise sang tokoh atau calon.