Home > Olahraga

Rasisme Menerpa Sepak Bola Indonesia

Diskriminasi atau rasisme dalam sepak bola tidak hanya terbatas pada hal warna kulit, melainkan juga menyangkut budaya.

Logo FIFA. (FOTO : AP)

Menurut Unggul Tan Ngasorake dalam penelitian, “Representasi Anti Rasisme dalam Sepak Bola Eropa” (2019), rasisme dalam sepakbola ada dua bentuk. Pertama adalah bentuk penerimaan rasis, dalam bentuk ini biasanya pemain yang bersangkutan menerima tindakan rasis yang dilakukan oleh orang lain. Kedua, adalah anti rasisme, yaitu tindakan melawan atau protes terhadap rasisme.

Bentuk perilaku rasisme pertama terjadi pada pemain berkulit hitam Dani Alves yang membela Barcelona saat melawan Villareal. Saat Dani Alves mengambil ancang-ancang untuk melakukan sepak pojok, saat itu pula suporter tuan rumah Villareal melemparinya dengan pisang sambil menirukan gestur monyet.

Lalu bentuk perilaku rasisme yang kedua, yaitu anti rasisme, masih pada kejadian terhadap Dani Alves, pemain Brazil tersebut setelah mendapat perlakuan rasis tersebut Alves tidak mengacuhkannya dan justru memakan pisang tersebut sebagai bentuk protesnya.

Tindakan anti rasisme juga ditujukan pada Mesut Ozil pada pertandingan Arsenal vs Atletico Madrid yang berlangsung di Emirates Stadium kandang dari Arsenal, Ozil dilempari roti oleh suporter tim tamu saat akan melakukan tendangan pojok. Ia lalu mengambil dan mencium roti tersebut lalu menaruhnya kembali sebelum melakukan tendangan pojok.

Banyak suporter atau penonton sepak bola tidak akan lupa dengan perlakuan rasisme pada Mario Balotelli. Ia menyampaikan protes terhadap rasisme kepada pemain kulit hitam melalui selebrasi ikoniknya yang menunjukkan kaus bertuliskan “Why Always Me” dalam pertandingan Manchester United vs Manchester City pada tahun 2010. Selebrasi striker tim nasional Italia itu dilakukan ia mendapatkan perlakuan rasis.

Ada banyak perilaku rasisme dan diskriminasi pada sepak bola atau dunia olahraga walau diskriminasi yang ditujukan kepada suatu ras sebenarnya di muka bumi ini sudah lama dihapuskan dengan sebuah konvensi bernama International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination (ICERD).

ICERD adalah sebuah konvensi tentang Hak Asasi Manusia yang mengatur seluruh anggotanya yang dimana anggota tersebut adalah sebuah negara untuk menghapuskan segala kegiatan yang bersifat rasisme dan diskriminasi kepada suatu ras. ICERD juga memberikan kewajiban pelarangan penyebaran kebencian dan memberikan sanksi terhadap praktek diskriminasi dan rasisme.

Dalam hukum internasional memberikan definisi diskriminasi rasial adalah segala perbedaan, pengecualian, pembatasan, atau preferensi berdasarkan ras, warna kulit, keturunan dan kebangsaaan atau etnis yang bertujuan atau berdampak untuk menjatuhkan atau meniadakan kesenangan dari hak asasi manusia dan kebebasan fundamental dalam politik, ekonomi, budaya, atau bidang kehidupan lainnya.

Badan dunia UNESCO dalam “Learning To Live Together,” memberikan pandangannya mengenai tindakan diskriminasi. Menurut UNESCO, diskriminasi dibagi menjadi 2 : Pertama, Direct Discrimination, sebagai contoh, menolak menerima sebagai murid, mempekerjakan atau mempromosikan seseorang dikarenakan dia berkulit hitam, menolak dikarenakan orientasi seksual mereka.

Kedua, Indirect Discrimination, sebagai contoh, kualifikasi berdasarkan umur yang mendiskriminasi perempuan dimana perempuan harusnya bertanggung jawab dalam urusan rumah.

Sementara itu menurut Victorian Equal Opportunity & Human Rights Commision, terdapat 15 tipe diskriminasi yaitu : a. Umur b. Status orang tua c. Disabilitas d. Aktivitas pekerjaan e. Identitas gender, orientasi seksual f. Aktivitas industry g. Status pernikahan h. Fisik i. Kepercayaan atau aktivitas politik j. Kehamilan dan menyusui k. Ras l. Kepercayaan atau aktivitas agama.

Jadi rasisme termasuk ke dalam perilaku diskriminasi. Prinsip dasar dari perilaku rasisme adalah menjatuhkan sesorang atau suatu kaum atau pihak berdasarkan ras, warna kulit, agama, dan lain-lain. Perilaku tersebut sangatlah tidak baik dan tidak menjunjung tinggi Hak Azazi Manusia.

Sepak bola itu adalah multikulturalisme bukan rasisme. (maspril aries)

× Image