Hari Puisi di Indonesia Ada Dua (28 April 26 Juli)
Hari Puisi Sah?
Mengenai Hari Puisi di Indonesia diperingati pada 28 April dan 26 Juli, dari semua literasi menyatakan, kedua tanggal tersebut merujuk pada sastrawan dan penyair Indonesia pelopor Angkatan 45 Chairil Anwar yang dikenal dan dicatat sebagai penyair yang berpengaruh bagi perkembangan sastra Indonesia.
Pilihan pada tanggal 28 April sebagai Hari Puisi yang kemudian disebut Hari Puisi Nasional (HPN) merujuk pada tanggal meninggalnya Chairil Anwar pada 28 April 1949 yang dikebumikan di pemakaman Karet sekarang disebut Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Jakarta.
Penetapan tanggal 26 Juli sebagai Hari Puisi yang kemudian disebut “Hari Puisi Indonesia” (HPI) merujuk tanggal kelahiran Chairil Anwar pada 26 Juli 1922 yang lahir di Medan.
Kedua tanggal tersebut merujuk pada tokoh yang sama. Untuk kedua sumber rujukan tak ada yang perlu diperdebatkan guna menjadikannya sebagai momentum perayaaan puisi bagi penyair dan penikmat puisi di negeri ini. Tidak perlu ada klaim para pihak yang menyatakan Hari Puisi Nasional tanggal 28 April yang sah atau Hari Puisi Indonesia tanggal 26 Juli yang sah.
Berdasarkan referensi yang ada dan bisa ditelusuri hingga saat ini khususnya referensi digital. Hari Puisi tanggal 28 April penetapannya sebagai Hari Puisi Nasional tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) tanggal 12 Agustus 1969. Catataan lain menyebutkan, era 1950-an, tanggal kematian Chairil (28 April) sempat diperingati sebagai Hari Sastra Nasional.
Penetapan tanggal 28 April sebagai Hari Puisi Nasional ada yang menyebut unik. Biasanya hari peringatan diambil dari hari kelahiran tokoh yang berpengaruh pada bidang yang diperingati. Sebagai contoh Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati setiap 2 Mei merupakan tanggal lahir Ki Hajar Dewantara. Atau Hari Musik Nasional yang diperingati setiap 21 April yang merupakan tanggal lahir WR Supratman pencipta lagu “Indonesia Raya.”
Namun argumen tersebut tidak selalu sama. Coba lihat tanggal peringatan Hari Film Nasional yang diperingati setiap 30 Maret. Tanggal tersebut dipilih karena pada tanggal 30 Maret 1950 adalah hari pertama insan film merekam film Darah dan Doa yang dengan sutradara Usmar Ismail.
Mengapa Hari Film Nasional tidak merujuk pada tanggal kelahiran Usmar Ismail yang diakui sebagai Bapak Perfilman Nasional dan telah ditetapkan pemerintah sebagai pahlawan nasional?
Atau penetapan peringatan Hari Buku Nasional yang diperingati setiap tanggal 17 Mei. Penetapan hari buku ini ditetapkan tahun 2002 masa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dijabat A Malik Fadjar. Pemilihan tanggal 17 Mei dinisbahkan pada peristiwa pembangunan gedung perpustakaan nasional pada 17 Mei 1980 pada masa Menteri P dan K Daoed Joesoef di era Orde Baru.
Mengutip Nasihin Masha mantan Pemimpin Redaksi Republika dalam tulisannya “Hari Buku Nasional, Tanpa Sejarah,” menulis, “Saya belum mendapatkan penjelasan mengapa hari buku diambil dari perisitwa pembangunan gedung perpustakaan. Tentu saja perpustakaan terkait dengan buku. Namun yang menjadi pertanyaan mengapa penisbahan itu bukan pada hal lain.”
Nasihin Masha membandingkannya dengan Hari Buku Internasional jatuh pada 23 April. Unesco menetapkan tanggal tersebut pada 1995. Penisbahan itu dikaitkan dengan tanggal kematian Miguel de Cervantes Saavedra (sastrawan dari Valencia, Spanyol, 1547-1616) pada 23 April 1616 – ternyata itu juga menjadi tanggal kematian William Shakespeare (dramawan dari Inggris).