Menanti Azan Berkumandang di Zentralmoschee Cologne 14 Oktober 2022
Diresmikan Erdogan
Masjid Köln atau Zentralmoschee Köln mulai dibangun tahun 2009 awalnya sempat mendapat penolakan dari warga non muslim. Untuk mendirikan masjid di Köln butuh waktu dan perjuangan panjang bagi warga keturunan Turkiye yang bermukim di Jerman. Selama 20 tahun mereka bermimpi mendirikan masjid yang besar dan megah. Rencana tersebut baru mulai terealisasi tahun 2009. Rencana tersebut sejak awal dicetuskan terus mendapat penolakan.
Sebuah surat kabar lokal di Köln melakukan jajak pendapat yang menghasilkan 63 persen responden mendukung pembangunan masjid, sebanyak 27 persen ingin ukuran masjid diperkecil.
Kontroversi pembangunan masjid berakhir pada 28 Agustus 2008 setelah hasil pemungutan suara di Dewan Kota Köln memenangkan rencana pembangunan masjid tersebut. Dalam pemungutan suara yang diikuti oleh semua fraksi yang ada di Dewan Kota kecuali partai Demokratik Kristen.
Walau masih ada protes dan penolakan dari beberapa warga, proses pembangunan masjid segera dimulai setelah mendapatkan persetujuan dari Dewan Kota dengan berbagai revisi terhadap rancangan awal masjid.
Masjid yang didesain arsitek Paul Böhm menjadi simbol integrasi dan simbol lahirnya arsitektur masjid Jerman. Masjid pusat Köln (Zentralmoschee Köln) memiliki luas 4500 meter persegi mampu menampung 1.200 jamaah dibangun oleh organisasi muslim Turkiye DITIB. Masjid ini memiliki perpustakaan, tempat kursus, ruang seminar, pusat olah raga, kantor serta pertokoan yang berada di area basement.
Setelah selesai dibangun, Zentralmoschee Köln tersebut diresmikan Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan pada akhir September 2018. Masjid Köln dibangun dengan dana sekitar 30 juta Euro atau lebih dari Rp450 miliar dananya berasal dari sumbangan jamaah dan 884 organisasi Islam. Donasi juga datang dari Gereja Katolik St. Theodore yang khusus menggalang dana untuk membangun masjid ini.
Masjid Köln terkenal dengan desain arsitektur masjid yang berbeda dengan masjid lain pada umumnya. Masjid ini didesain oleh arsitek Paul Böhm yang berasal dari keluarga arsitek terkenal di Jerman. Paul dan ayahnya, Gottfired Böhm adalah ahli di bidang arsitektur gereja Katolik.
Desain arsitektur Masjid Köln adalah “terbuka” dan “terang.” Bangunan masjid didesain transparan dengan menggunakan kaca yang menonjolkan pencahayaan natural. Desain masjid juga dianggap “sangat Jerman” karena mampu menciptakan gebrakan di bidang arsitektur rumah ibadah yang mengawinkan arsitektur masjid era Ottoman Turkiye dengan arsitektur bergaya romawi khas Eropa.
Ada yang menyebut, arsitekturnya futuristik, yang menjadi satu contoh arsitektur Euro-Islam modern. Penggunaan material glass wall memberikan kesan terbuka bagi masjid ini. hal tersebut memang sengaja dibuat demikian sebagai simbol bahwa masjid ini terbuka bagi siapa saja.
Seperti Masjid Sultan Ahmed di Turkiye, Masjid Köln ini juga menghadirkan nuasana biru yang khas. Nuansa modern terlihat lewat desain kaca-kaca yang menyatu di dinding. Kesan Islam yang modern juga tampak dari tulisan kaligrafi emas di dinding dan atap masjid. Karpet yang menjadi tempat sujud juga berwarna biru.
Masjid ini kerap dikunjungi warga non muslim. Masjid Köln ingin menjembatani komunikasi antar agama di Jerman. Masjid Köln bermotto “Unsere Moschee für Kölle” atau “Masjid Kita untuk Köln.” Masjid memiliki dua menara yang menjulang di langit Köln dengan tinggi 55 meter - atau 1/3 dari 157 meter ukuran puncak Katedral Köln.
Rancangan arsitektur bangunan utama masjid sangat berbeda dengan pakem bentuk masjid pada umumnya yang kita kenal. Bentuk bangunan utamanya dibangun menyerupai sebuah bola dunia dengan dinding dari bahan transparan. Karena itu bentuk bangunan Zentralmoschee Cologne sangat berbeda dengan masjid pada umumnya di berbagai belahan dunia.
Di Köln atau Cologne umat Islam diperkirakan mencapai 10 persen dari total populasi kota tersebut. Jumlah penduduk muslim di kota ini merupakan yang terbanyak di seluruh kota di Jerman. Mayoritas warga muslim di Jerman ini merupakan keturunan Turkiye.
Sambil menanti azan salat Jumat berkumandang Köln, Alhamdulillah pada sebuat kesempatan berkunjung ke sini bisa menunaikan ibadah salat zuhur. Siang itu jemaah masjid mayoritas warga Jerman keturunan Turkiye.
Usai salat ada kesempatan bersilaturahmi dengan imam masjid. Selesai silaturahmi ada hal konyol yang saya lakukan, saya lupa mengambil jaket yang tergantung di tempat gantungan jaket yang tersedia di bagian belakang tempat salat. Dalam perjalanan menuju hotel rasa dingin harus dinikmati karena suhu saat itu berkisar 5 – 10 derajat celcius.
Bisa berkunjung dan berkesempatan salat di Zentralmoschee Cologne atau Masjid Köln adalah anugerah Allah SWT sekaligus bagian dari wisata religi ke benua biru menikmati keindahan semesta alam ciptaan-Nya yang terbentang di muka bumi. (maspril aries)