Bekarang Tradisi dan Kearifan Lokal di Bumi Serasan Sekate
Wisata dan Tari
Bekarang dapat dikatakan sebagai cara penangkapan ikan lestari sebagai salah satu upaya untuk tetap menjaga sumberdaya ikan. Seperti Pulau Bintan dikenal sebagai salah satu pulau di Nusantara yang memiliki sumberdaya ikan yang melimpah. Bekarang adalah tradisi yang menyimpan pesan tentang cara menangkap ikan yang benar dan tidak merusak habitat dan lingkungan di perairan. Bekarang menjadi cara menangkap ikan tanpa merusak ekosistem.
Di Kabupaten Batanghari, tradisi bekarang dijadikan sebuah lomba yang dinamakan “Lomba Bekarang Besamo.” Peserta lomba adalah warga yang datang dari berbagai desa di daerah ini. Saat bekarang mereka harus menggunakan alat penangkap ikan tradisional yang berbahan dasar dari bambu dan rotan yang dianyam. Warga di sana menyebutnya “serkam” dan “ambung.”
Hasil tangkapan ikan bekarang jumlahnya bisa mencapai ratusan kilogram dengan berbagai jenis ikan air tawar. Ada ikan patin, ikan nila, ikan gabus, ikan lele, ikan gurame, ikan mas, ikan baung, ikan tembakang, ikan toman dan jenis ikan lainnya.
Bekarang di Muba selain tradisi juga menjadi salah satu destinasi wisata populer di Indonesia. Buktinya pada even Anugerah Pesona Indonesia (API) Award yang diselenggarakan setiap tahun, pada API Awar 2020, bekarang Muba menjadi pemenang dan terpopuler untuk kategori wisata air mengalahkan, Island Hoping Pulau Mekko di Kabupaten Flores Timur – NTT dan Surfing Samadua di Kabupaten Aceh Selatan – Aceh.
Bekarang selain sebagai tradisi yang memiliki kearifan lokal dan ramah lingkungan, di beberapa tempat bekarang dijadikan obyek wisata sekaligus rekreasi bagi masyarakat karena bekarang ini biasanya berlangsung satu dalam setahun, menunggu ikan yang akan ditangkap sudah layak konsumsi. Sekaligus dikaitkan dengan momen tertentu sehingga selalu ditunggu masyarakat karena telah menjadi agenda tahunan.
Tidak hanya itu, tradisi bekarang juga mampu menginspirasi koreografer tari menjadikan sebuah tarian. Seperti tarian berjudul “Sangkut dak Menyauh” terinspirasi dari tradisi bekarang di Kabupaten Muara Jambi.
Dalam penelitian Suaida, Susas Rita Loravianti, Eduard Zabua dari ISI Padang Panjang berjudul “Dampak Teknologi Atas Nilai-Nilai Sosial pada Tradisi Bekarang sebagai Sumber Penciptaan Karya Tari Sangkut Dak Menyauh” (2020) menyebutkan, “Pengkarya menginterpretasikan dampak teknologi memengaruhi nilai sosial dalam tradisi bekarang sebagai ekspresi personal dalam bentuk tari kontemporer dengan tipe abstrak tema lingkungan yang menyampaikan nilai-nilai sosial.”
Bekarang adalah inspirasi untuk ekosistem yang ramah lingkungan, juga inspirasi yang menyebarkan nilai-nilai sosial yang hidup dan terus tumbuh di tengah masyarakat.
Bekarang adalah tradisi yang menyimpan pesan tentang cara menangkap ikan yang benar dan tidak merusak habitat dan lingkungan di perairan. Bekarang menjadi cara menangkap ikan tanpa merusak ekosistem. (maspril aries)