Gastrodiplomasi Indonesia Lewat Rendang
KAKI BUKIT – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno pekan ini tengah berada di Australia. Melalui laman Instagram-nya @sandiuno membagikan aktivitasnya selama berada di Benua Kangguru.
Salah satunya Menteri Sandiuno mengunjungi restoran Indonesia yang ada Melbourne yaitu rumah makan Padang bernama “Salero Kito.” Menu makanan tidak hanya disukai warga negara Indonesia di Australia tapi juga disukai warga lokal Australia. Menurut sang-chef, menu yang paling disukai adalah rendang.
Menurut Sandiaga Uno, rendang restoran Salero Kito di Melbourne rasanya otentik, 'lamak bana' persis seperti yang ada di Indonesia. Usut punya usut, ternyata rempah-rempahnya khusus didatangkan dari Indonesia.
“Kami di @kemenparekraf dengan tegas akan hadir untuk memastikan program 'spice up the world' ini bisa berjalan dengan baik, menjadi bagian dari tatanan ekonomi baru pasca pandemi. Sehingga dapat membuka peluang usaha dan lapangan kerja bagi masyarakat serta membangkitkan perekonomian nasional,” tulis Sandiuno di IG-nya.
Memang rendang yang berasal dari Minangkabau tersebut menjadi salah satu kuliner Indonesia yang sudah mendunia. Tak salah jika kemudian koki masak top dunia Gordon Ramsay pada Juni 2020 belajar memasak rendang dengan datang langsung ke ranah Minang.
Pada World’s Best 50 Food versi CNN Travel, rendang sejak 2011 sudah berulangkali menduduki peringkat pertama sebagai kuliner terbaik di dunia.
Menurut World’s Best 50 Food 2017, rendang dan nasi goreng menduduki peringkat pertama dan kedua sebagai kuliner terbaik di dunia. Peringkat tersebut diperoleh melalui jajak pendapat di media sosial. Hasil dari jajak pendapat tersebut, rendang dan nasi goreng menduduki peringkat teratas dan memperoleh 35.000 suara.
Prestasi tersebut tersebut tidak terlepas dari penerapan gastrodiplomasi yang dilakukan oleh seorang chef Indonesia, William Wongso melalui rendang yang dipromosikannya tahun 2010. William Wongso pada World Food Conference yang berlangsung di California, USA berhasil memperkenalkan rendang ke dunia internasional. Sampai kemudian rendang pun mendunia.
Rendang adalah salah satu kuliner Indonesia yang otentik dengan cita rasa yang khas, gurih dan kaya dengan rempah-rempah sehingga untuk mengolah kuliner rendang membutuhkan keahlian dalam mengolah kuliner rendang.
Rendang adalah kuliner atau masakan olahan daging sapi Indonesia yang berasal dari Minangkabau (Provinsi Sumatera Barat). Rendang dibuat dengan bahan-bahan daging sapi, kelapa, dan berbagai bumbu rempah. Atau empat bahan utama membuat rendang adalah daging (dagiang), cabai (lado), kelapa (karambia), dan rempah-rempah campuran lainnya (pemasak).
Proses memasaknya membutuhkan waktu 6 – 8 jam yang melewati tiga proses bentuk dan wujudnya yaitu gulai, kalio, lalu baru menjadi rendang. (Ada negara lain yang klaim rendang dari negara mereka).
Rendang dalam masyarakat Minangkabau makna yang tersirat sekaligus menjadi bagian simbol tatanan sosial. Daging adalah simbol pemimpin (Niniak Mamak), cabai adalah simbol dari ulama Islam (Alim Ulama), kelapa adalah simbol intelektual (Cadiak Pandai), dan rempah-rempah campuran lainnya (pemasak) adalah simbol dari masyarakat majemuk Minangkabau.
Banyak negara di dunia gencar mempromosikan produk budaya dan kuliner ke negara lain melalui gastrodiplomasi sebagai upaya meningkatkan citra positif, nation branding dan mempromosikan negaranya ke dunia internasional.
Thailand dengan program Global Thai tahun 2002. Menurut J Zhang dalam “The Foods of the Worlds: Mapping and Comparing Contemporary Gastrodiplomacy Campaigns” (2015), Thailand telah berkampanye melalui gastrodiplomasi sebagai upaya mengubah citra negatif negara tersebut dimana Thailand dikenal menjadi salah satu destinasi wisata seks.
Kemudian Malaysia dengan Kitchen fot The World tahun 2010, Korea Selatan dengan program Global Hansik tahun 2010 dan Jepang sedang 2005 meluncurkan program Shoku – Bunka Kenkyu Suishin Kondakai. Negara-negara tersebut sukses memperkenalkan makanan khas mereka dan mempromosikan identitas serta budayanya ke pentas internasional sekaligus sukses menerapkan gastrodiplomasi.
Indonesia juga menjalankan gastrodiplomasi salah satunya dengan mempromosikan rendang sebagi kuliner Indonesia ke mancanegara. Selain semakin banyaknya restoran Indonesia tumbuh di mancanegara, melalui rendang Indonesia mengusung tagline “Rendang Goes to Europe.”
Rendang Goes to Europe diluncurkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno dari Bali pada 25 Maret 2022. Program ini sekaligus merupakan turunan dari program Indonesia Spice Up the World (ISUTW).
Rendang Goes to Europe merupakan program yang diinisiasi oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Bulgaria, Makedonia Utara, dan Albania Iwan Bogananta. Dari negara kawasan Balkan tersebut Indonesia akan mengekspor rendang ke negara-negara Eropa lainnya. Bekerjasama dengan perusahaan dari Bulgaria, Bella. Ltd akan membangun pabrik kuliner rendang di negara tersebut.
Menurut Menteri Sandiuno, seiring dengan berjalannya program Rendang Goes to Europe, Indonesia mendapatkan komitmen ekspor rempah senilai USD 2 miliar atau Rp 28,72 triliun (kurs Rp 14.360/US$) hingga 2024.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), total ekspor rempah-rempah, tanaman obat, dan aromatik dari Indonesia ke mancanegara sebesar 275,3 ribu ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 618,4 juta pada 2020.
Gastrodiplomasi Rendang
Rendang adalah salah satu kuliner Indonesia yang otentik dengan cita rasa yang khas, gurih dan kaya dengan rempah-rempah sehingga untuk mengolah kuliner rendang membutuhkan keahlian dalam mengolah kuliner rendang.
Rendang adalah kuliner atau masakan daging sapi dari Indonesia yang berasal dari Minangkabau (Provinsi Sumatera Barat). Rendang dibuat dengan bahan-bahan daging sapi, kelapa, dan berbagai bumbu rempah. Atau empat bahan utama membuat rendang adalah daging (dagiang), cabai (lado), kelapa (karambia), dan rempah-rempah campuran lainnya (pemasak).
Proses memasaknya membutuhkan waktu 6 – 8 jam yang melewati tiga proses bentuk dan wujudnya yaitu gulai, kalio, lalu baru menjadi rendang. (Hati-hati ada negara lain yang klaim rendang dari negara mereka).
Rendang dalam masyarakat Minangkabau makna yang tersirat sekaligus menjadi bagian simbol tatanan sosial. Daging adalah simbol pemimpin (Niniak Mamak), cabai adalah simbol dari ulama Islam (Alim Ulama), kelapa adalah simbol intelektual (Cadiak Pandai), dan rempah-rempah campuran lainnya (pemasak) adalah simbol dari masyarakat majemuk Minangkabau.
Sementara gastrodiplomacy adalah suatu upaya pemerintah untuk memperkenalkan budaya dan kuliner di negara lain dengan dengan tujuan untuk membangun citra positif di masyarakat internasional.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, gastrodiplomacy yang diadopisi menjadi “gas.tro.di.plo.ma.si” adalah diplomasi yang menggunakan makanan sebagai media untuk meningkatkan citra dan membentuk reputasi tertentu bagi sebuah negara dalam kancah internasional
Dalam prakteknya gastrodiplomasi berpromosi bersamaan dengan dukungan media massa dan media sosial. Jika ada acara festival kuliner disuatu negara tertentu agar masyarakat internasional dapat secara langsung merasakan kuliner tanpa harus mengunjungi negara tersebut.
R Jakesevic dan D Lusa dalam “The Role of Food in Diplomacy: Communicating and "Winning Hearts and Minds" (2017), beranggapan bahwa astrodiplomasi diterapkan oleh suatu negara sebagai sarana komunikasi antar negara, pertemuan formal dan informal dengan pejabat negara untuk membangun citra suatu negara dan menciptakan perdamaian melalui makanan.
Selain itu, gastrodiplomasi dan diplomasi kuliner merupakan bagian dari diplomasi publik karena suatu konsep yang bertujuan untuk melakukan pertukaran budaya, sarana untuk mempromosikan kuliner dan cara untuk mempengaruhi publik. Dalam hal ini, makanan menjadi suatu identitas nasional bagi suatu negara karena di masing-masing negara memiliki makanan ciri khas tersendiri.
Dalam prakteknya gastrodiplomasi berpromosi bersamaan dengan dukungan media massa dan media sosial. Jika ada acara festival kuliner disuatu negara tertentu agar masyarakat internasional dapat secara langsung merasakan kuliner tanpa harus mengunjungi negara tersebut.
Indonesia dikenal sebaga negara yang memiliki budaya dan kuliner yang beragam. Indonesia kini tengah mempromosikan kuliner kepada masyarakat internasional. Indonesia memiliki potensi yang besar dalam mempromosikan kuliner ke masyarakat internasional.
Salah satu potensi kuliner yang banyak diminati di luar negeri seperti rendang, sate dan nasi goreng. Rendang menjadi salah satu kuliner favorit bagi masyarakat lokal maupun internasional.
Gastrodiplomasi dengan unggulan kuliner rendang sudah dilakukan perwakilan-perwakilan Indonesia di luar negeri. Seperti Konsul Jendral Republik Indonesia (KJRI) di Ho Chi Minh City bersama Kedutaaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Hanoi dalam acara World Food Festival (WFF) yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat pada 2010 kuliner khas Indonesia rendang dan sate menjadi sajian menu dalam festival budaya dan kuliner tersebut dengan memperkenalkan kepada masyarakat lokal di Vietnam dan wisatawan asing yang berkunjung ke festival tersebut.
Langkah selanjutnya, pada 2011 pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemlu) menggelar forum diskusi mengenai promosi kuliner Indonesia di luar negeri.
Selain gastrodiplomasi yang dilakukan pemerintah melalui perwakilan Indonesia di luar negeri, gastrodiplomasi juga dilakukan warga negara Indonesia di mancanegara, diantaranya dengan mendirikan restoran atau warung makanan khas Indonesia, termasuk diantaranya restoran atau yang di Indonesia di sebut Rumah Makan Padang.
Termasuk di Australia, selain ada restoran Salero Kito di Melbourne, pada 6 Juli 2018 dibuka rumah makan khas Padang di Perth, Australia Barat dengan cita rasa asli dari Sumatera Barat. Lalu pada 20 Agustus 2018 Kedutaan Besar Indonesia di Australia menyelenggarakan kegiatan bertema “A Taste of Indonesia” yang diadakan oleh Australia-Indonesia Parliamentary Friendship Group (AIPFG) dan Australia-Indonesia Business Chapter Australia Capital Territory (AIBC-ACT) bertempat di gedung parlemen Australia. Indonesia menyediakan kuliner khusus seperti rendang dan sate ayam.
DI tempat asalnya rendang adalah manifestasi simbolik dari tatanan sosial, dan politik masyarakat Minangkabau. Di forum internasional rendang menjadi bagian dari gastrodiplomasi Indonesia.
Mengutip Louise Diamond dan John McDonald dalam “Multi-Track Diplomacy: A Systems Approach to Peace” (1996), dalam teori diplomasi terdapat konsep multytrack diplomacy. Konsep multitrack diplomacy pada dasarnya merupakan sebuah kerangka kerja konseptual dalam memandang proses perwujudan perdamaian internasional sebagai sebuah sistem kehidupan dan sebagai refleksi dari beragam aktivitas yang dilakukan untuk berkontribusi dalam proses peacemaking dan peacebuilding di lingkup internasional.
Dengan rendang dari Indonesia mari kita wujudkan perdamaian di bumi. (maspril aries)