Home > Budaya

Mengapa Ada Hari Puisi?

Penyair membawa pesan abadi dan menjadi saksi pergolakan politik serta sosial dunia."
Ilustrasi penyair baca puisi memperingati Hari Puisi Indonesia. (FOTO: AI)
Ilustrasi penyair baca puisi memperingati Hari Puisi Indonesia. (FOTO: AI)

Prolog:

Pagi itu, hari baru pukul 07.00 WIB, upacara bendera di lapangan sekolah baru saja selesai. Dari jendela kelas yang tak ada kacanya, saya melongok ke dalam ruang kelas ada yang menyebut ruang belajar. Di depan para murid yang mengenakan pantolan abu-abu, yang duduk tenang di kursinya masing-masing, seorang guru pria muda berkata kepada muridnya, “Ayo kita membaca puisi. Hari ini 26 Juli adalah Hari Puisi Indonesia”.

Tiba‑tiba suasana menjadi hidup—kata demi kata membangkitkan kenangan, kerinduan, bahkan harapan. Dari dalam kelas, bergantian siswa membaca berbagai puisi karya penyair Indonesia. Ada yang membaca puisi karya Chairil Anwar dan ada juga yang membaca puisi Sapardi Djoko Damono, Anwar Putra Bayu dan Isbedy Stiawan ZS. Pembacaan puisi usai, seorang siswa bertanya, “Mengapa harus ada hari puisi?”

KINGDOMSRIWIJAYA – Pada 26 Juli 2025 bertempat di komplek Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Menteri Kebudayaan Fadli Zon akan menetapkan Hari Puisi Indonesia. Setiap 26 Juli akan diperingati sebagai Hari Puisi Indonesia sekaligus sebagai bentuk penghargaan kepada para penyair yang memberi warna dalam perjalanan sastra nasional.

“Mengapa kita harus ada hari puisi?” Dan pertanyaan berikutnya, “Mengapa kita perlu menetapkan Hari Puisi—bukankah kita bisa membaca kapan saja?” Pertanyaan seperti itu bisa memicu diskusi lebih besar: mengapa puisi milik sejarah manusia? Siapa yang menetapkan hari khusus untuk menghargainya? Apa dasar ilmiahnya?

Diskusi besar sementara kita lupakan, kita coba dulu memberikan empat jawaban dengan empat alasan dari dua pertanyaan utama di atas. Pertama, alasan untuk pelestarian bahasa dan budaya. Puisi itu menyimpan idiom dan dialek yang khas, ada diantaranya dialek lokal, terutama bahasa minor yang terancam punah. Hari Puisi mendorong penerjemahan dan publikasi agar suara itu tidak hilang.

× Image