Ada Presiden Ukraina Mendapat Suaka Politik di Rusia
KAKI BUKIT – Serangan pasukan Rusia ke Ukraina semakin gencar, dikabarkan Kiev ibu kota negara pecahan Uni Soviet tersebut terus diserang. Kabar lain menyebutkan, Rusia menawarkan pembicaraan perdamaian dengan Ukrania bertempat Belarusia. Semoga pembicaraan damai terwujud sehingga perang yang memakan korban warga sipil segera berakhir.
Perang berakhir sehingga hubungan baik Rusia – Ukraina pulih kembali seperti saat kedua negara itu bersama-sama mendeklarasikan berdirinya USSR (Union of Soviet Socialist Republics).
Dalam buku berjudul “Ukraine and Russia: A Fraternal Rivalry” yang ditulis A. Lieven mengungkapkan bahwa Rusia dan Ukraina secara historis sangat
dekat dan keterikatan kedua negara terlalu kompleks untuk dipisahkan. Menurutnya, masa depan Ukraina sebagai sebuah negara independen adalah dengan bekerja sama erat dengan Rusia.
Jadi sebetulnya hubungan Rusia – Ukraina “baik-baik saja” buktinya salah seorang presidennya dikabarkan kini menetap sementara alias mendapat suaka politik dengan tinggal di luar kota Moskwa ibu kota Rusia. Adalah Viktor Yanukovych presiden ke-4 Ukraina yang menjabat 2010–2014 mendapat suaka politik dari Rusia.
Saat melarikan diri dari negaranya delapan tahun lalu, dalam jumpa pers setiba di Rusia dia menyatakan, ia tidak digulingkan namun dipaksa untuk pergi dari Ukraina dan diancam kehidupannya. “Saya akan terus berjuang demi masa depan Ukraina, berperang melawan teror dan rasa takut,” katanya.
Baca juga : https://www.republika.co.id/berita/n1o5du/yanukovych-saya-masih-presiden-ukraina
Satu tahun kemudian Interpol menerbitkan red notice dan memasukan Viktor Yanukovych dalam daftar pencarian orang. Kini eks Presiden Ukraina kelahiran 9 Juli 1950 menjadi buruan polisi di seluruh dunia.
Presiden Viktor Yanukovych mendapat suaka politik dari Rusia setelah sebelumnya di negaranya muncul gerakan Euromaidan atau “Eurosquare,” yakni gelombang demonstrasi pada 21 November 2013 yang menginginkan Ukraina melakukan integrasi dengan Eropa. Ukraina mulai mengalami krisis politik akibat Presiden Viktor Yanukovych menolak menandatangani Deep and Comprehensive Free Trade Area (DCFTA) yang merupakan perjanjian kerjasama ekonomi antara Ukraina dengan Uni Eropa untuk menangani krisis finansial yang melanda negara tersebut.
Presiden Ukraina Viktor Yanukovych mundur dari kesepakatan perdagangan dan memilih bersekutu dengan Rusia yang memberikan penawaran dukungan keuangan untuk membantu perekonomian Ukraina dengan menghapus sebagian hutang gas Ukraina asalkan Ukraina menolak perjanjian dagang dengan Uni Eropa.
Aksi protes tersebut meluas kemudian menjadi seruan untuk memberhentikan Presiden Viktor Yanukovych dari jabatannya yang pemerintahannya pro Rusia. Aksi protes mencapai puncaknya pada pertengahan Februari 2014.
Presiden Viktor Yanukovych bereaksi terhadap demonstran pro Uni Eropa dan memerintahkan pasukan kepolisian untuk meredam demonstran dengan cara kekerasan. Akibatnya sekitar 100 orang lebih demonstran tewas selama kerusuhan yang terjadi di Ukraina.
Pada 21 Februari 2014 Presiden Yanukovych secara diam-diam melarikan diri meninggalkan Kiev ibu kota Ukraina untuk melindungi keselamatan diri dan keluarganya menuju Crimea menggunakan Helikopter. Parlemen Ukraina lalu mengadakan sidang pemberhentian Presiden Ukraina Viktor Yanukovych dari jabatannya. 22 Februari 2014 parlemen memutuskan pemberhentian Viktor Yanukovych.
Dua hari kemudian pada 24 Februari 2014 Parlemen Ukraina melaporkan Yanukovych ke Mahkamah Pidana Internasional untuk didakwa atas pembunuhan massal dan masuk dalam daftar buronan Ukraina.
Parlemen Ukraina juga menetapkan Oleksandr Turchynov sebagai pejabat Presiden Ukraina (acting presiden) dan membentuk pemerintahan baru yang mendapat pengakuan dari PBB dan Uni Eropa. Rusia bersikap sebaliknya, memandang pemerintahan baru Ukraina ilegal dan merupakan bentuk kudeta. Rusia juga menuduh Amerika Serikat dan Uni Eropa mendanai dan mengarahkan revolusi di Ukraina dengan memberhentikan Presiden Yanukovych yang diberhentikan secara ilegal dengan tetap menganggap Viktor Yanukovych sebagai presiden Ukraina.
Dalam pelariannya Viktor Yanukovych yang sebelumnya tokoh oposisi pemimpin Party of Regions yang sangat pro Rusia, meminta kepada Rusia untuk memberikan suaka dan perlindungan politik baginya, keluarga dan pendukung yang loyal terhadapnya. Suaka politik diperlukan demi keselamatannya atas kerusuhan ancaman yang terjadi kepadanya.
Pemerintah Rusia memenuhi permintaan Viktor Yanukovych yang masih diakui oleh negara eks Uni Soviet tersebut sebagai Presiden Ukraina yang sah. Untuk perlindungannya Yanukovych ditempatkan di Sanatorium Kremlin.
Pada 25 Februari 2014 Viktor Yanukovych beserta rombongan tiba di Rusia. Atas izin otoritas Rusia Viktor Yanukovych menyelenggarakan konferensi pers di kota Rostov na Donu yang berjarak lebih dari 1.000 km dari Moskwa untuk menjelaskan maksudnya meninggalkan Ukraina menuju ke wilayah Rusia. Menurutnya, dirinya meminta kepada otoritas Rusia untuk memberikannya perlindungan dan suaka politik dengan alasan demi keselamatannya yang tengah terancam dari ancaman ekstrimis dan oposisi di Ukraina.
Tak urung suaka politik dari Rusia tersebut menuai kecaman dunia internasional yang datang dari negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS). Dalam yurisdiksi Hukum Internasional suaka politik tersebut merupakan tindakan yang ilegal. Dengan suaka politik dari Rusia akan membuat Yanukovych kebal hukum. Padahal dirinya akan di adili di Mahkamah Internasional atas tragedi kekerasan yang terjadi di Ukraina.
Atas suaka politik yang diberikan Rusia, otoritas Ukraina mengajukan permintaan mengekstradisi Viktor Yanukovych dari Rusia karena Presiden ke-4 Ukraina tersebut tengah menjalani proses pidana atas tuduhan penyalahgunaan wewenang, pembunuhan massal dan pelanggaran HAM atas permintaan penyidik dan Pengadilan Ukraina. Namun sampai kini ekstradisi tersebut tidak pernah terjadi dan Viktor Yanukovych kini adalah Presiden Ukraina yang menetap dan tinggal di tanah Rusia. (maspril aries)