Home > Budaya

Obsesi Anwar Putra Bayu, Lahirnya Sastra (Puisi) Ekologis di Sumsel

Sastra ekologis mengusung pesan lingkungan melalui medium yang indah dan emosional, sastra ekologi dapat menjadi alat yang efektif untuk mendorong masyarakat menyelamatkan bumi.

Mendengar cerita Anwar Putra Bayu. (FOTO: Muhammad Rifky)
Mendengar cerita Anwar Putra Bayu. (FOTO: Muhammad Rifky)

Kemudian ada Gary Snyder dikenal sebagai salah satu pelopor sastra ekologis dalam bentuk puisi. Salah satu karyanya Turtle Island (1974) adalah kumpulan puisi yang mengeksplorasi hubungan spiritual dan ekologis antara manusia dan alam. Karya penyair dari Amerika Serikat ini menggabungkan pandangan filosofis timur dan barat, dengan fokus pada pelestarian alam.

Ciri Sastra Ekologis

Dari berbagai karya sastra ekologis memiliki ciri khas: 1. Mengangkat isu kerusakan lingkungan, perubahan iklim, dan pelestarian alam. 2. Menekankan hubungan spiritual antara manusia dan alam. 3. Mengajak pembaca untuk berpikir kritis tentang perilaku manusia terhadap ekosistem, dan 4. Menggunakan gaya naratif atau puitis untuk memperkuat pesan lingkungan.

Sastra ekologis terus berkembang seiring meningkatnya kesadaran global terhadap isu-isu lingkungan. Ekologi menjadi tema sentral dalam berbagai karya penulis, penyair dan sastrawan, termasuk di Indonesia. Melalui karya sastra ekologis mengajak pembaca (masyarakat) bertindak positif untuk menjaga keseimbangan ekologis dan keberlanjutan planet bumi, serta meningkatkan kesadaran ekologis dan mendorong perubahan perilaku.

Ingin menciptakan karya sastra ekologis, maka sastrawan, penyair, penulis atau novelis bisa dengan memulai untuk memahami berbagai isu lingkungan secara mendalam, memiliki pemahaman yang mendalam tentang isu-isu lingkungan, seperti perubahan iklim, pemanasan global, dan deforestasi. Caranya, membaca berbagai karya ilmiah tentang lingkungan, berdialog dengan ahli lingkungan, atau mengamati langsung kondisi alam.

Membuat karyanya dengan menggunakan simbolisme alam karena alam dapat menjadi simbol yang kuat dalam karya sastra. Pohon dapat melambangkan kehidupan, sungai melambangkan perjalanan, atau gunung melambangkan stabilitas. Dengan simbolisme ini karya sastra ekologis menyampaikan pesan lingkungan secara lebih mendalam.

Bisa juga dengan menggunakan pendekatan unik yakni menghidupkan suara alam, dengan memberi suara kepada elemen alam. Contohnya, menggambarkan sungai yang “berbicara” tentang pencemaran atau gunung yang “menangis” akibat tambang.

× Image