Mencari Wali Kota yang Suka Musik Jazz
Festival Jazz Internasional Suara Musi 2024 terlahir dari gagasan Penjabat (Pj) Wali Kota Palembang Abdul Rauf Damenta. Bagi penyuka musik jazz, maka festival ini adalah obat terhadap kerinduaan pada genre musik yang menurut sejarahnya lahir di New Orleans, Louisiana, Amerika Serikat pada akhir abad ke-19.
Mengapa disebut obat kerinduaan? Karena festival musik jazz terakhir kali ada di Palembang sekitar tujuh tahun lalu. Waktu Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Selatan dibawah kepemimpinan Gubernur Alex Noerdin sukses menyelenggarakan festival musik jazz yang diberi titel “Musi Jazz Sriwijaya” selama tiga tahun berturut-turut.
Penggagas sekaligus operator dari Musi Jazz Sriwijaya seorang perempuan bernama Irene Camelyn Sinaga yang saat itu menjabat Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sumsel. Festival musik jazz tersebut pertama terselenggara pada tahun 2015, kemudian berlanjut tahun 2016 dan 2017. Penguasa daerah berganti, dan Irene pun terbang ke Jakarta, Musi Jazz Sriwijaya setelah itu mati.
Apakah setelah pementasan perdana pada 30 November 2024, Festival Jazz Internasional Suara Musi juga akan mati karena penguasa daerah tak suka musik jazz atau karena faktor lain? Padahal Wali Kota Abdul Rauf Damenta punya rencana festival musik jazz ini bisa diselenggarakan dua kali setiap tahunnya. Agar Festival Jazz Internasional Suara Musi tidak mati, maka melalui Pilkada 2024 saatnya mencari Wali Kota Palembang yang suka musik jazz.
Aneka Festival Jazz
Mengutip Citra Aryandari, festival musik jazz hadir sebagai fenomena budaya yang menunjukkan relasi antara musik Jazz sebagai budaya global dan produk budaya lokal yang terkait dengan identitas dan gaya hidup. Musik jazz di Indonesia tidak lepas dari kehadirannya pada masa penjajahan Belanda di awal abad ke-20.