Ada Bidar di Palembang, ada Pacu Jalur di Kuansing
Pada awalnya pacu jalur dilombakan masyarakat Teluk Kuantan di desa-desa sepanjang batang (sungai) Kuantan yang bertujuan untuk merayakan hari besar Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Idul Fitri, 1 Muharam dan sebagainya. Dalam perkembangannya, pacu jalur diadakan setiap tahun dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia pada bulan Agustus.
Mengutip UU Hamidy dalam ”Kesenian Jalur di Rantau Kuantan” (1986), kata pacu jalur terdiri dari dua kata yakni “Pacu” dan “Jalur”. Pacu dalam bahasa Indonesia adalah lomba. Jalur adalah sampan yang terbuat dari kayu di hutan tertentu dengan syarat tertentu pula.
Panjang jalur berkisar 20 sampai 30 meter, lebar 1 sampai 1,5 meter, muatan jalur 40 sampai 60 orang yang disebut dengan anak pacu atau pangayuah (pendayung). Pangayuah berfungsi untuk mendayung jalur, terdiri dari pangayuah anak tari, pangayuah tukang concang, pangayuah tukang kayuah, dan pangayuah tukang kemudi.
Pacu jalur adalah pertandingan, perlombaan untuk mencapai kemenangan. Pengertian “pacu” adalah suatu upaya beberapa buah jalur yang dikayuh atau didayung dan dilepas secara serentak pada waktu yang bersamaan dan yang menjadi pemenang adalah jalur yang lebih dahulu sampai ke pancang akhir/garis finish atau istilah daerah disebut pancang ulak.
Setiap tahun Festival Pacu Jaur berlangsung selalu diikuti jumlah peserta yang banyak, bahkan sampai lebih dari 100 tim atau jalur dengan jumlah ribuan pendayung. Lomba dimulai dengan babak penyisihan untuk mendapatkan yang tercepat yang akan berlomba pada babak berikutnya. Peserta lomba bukan hanya dari kabupaten setempat melainkan juga ada dari daerah lainnya. Hadiahnya cukup menggiurkan sampai puluhan juta rupiah.
Tapi ada juga yang menyebutkan pacu jalur sebagai tradisi dari masa Hindia Belanda yang diadakan untuk memperingati hari kelahiran Ratu Belanda Wihelmina yang jatuh pada tanggal 31 Agustus. Sama seperti dengan asal usul lomba bidar di Palembang.
Bagi masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi dan Riau, pacu jalur adalah tradisi masyarakat dan menjadikan ikon dari kabupaten tersebut yang sudah go internasional. Pacu jalur juga merupakan tradisi dan adat istiadat yang mengakar kuat pada masyarakat Rantau Kuantan Singingi.