Home > Lingkungan

PTBA Berinovasi Kembangkan Lahan Basah Buatan untuk Pemulihan Lingkungan

Air asam tambang merupakan air dengan pH rendah dan memiliki kelarutan logam yang sangat tinggi, apabila air asam tambang ini sudah terbentuk sulit untuk mencegahnya.

Kawasan tambang batu bara PTBA di Tanjung Enim. (FOTO: Dok. Maspril Aries)
Kawasan tambang batu bara PTBA di Tanjung Enim. (FOTO: Dok. Maspril Aries)

Dampak negatif dari air asam tambang tersebut antara lain: Pertama, bagi masyarakat di sekitar wilayah tambang logam berat yang terkandung dalam air asam tambang bersifat toksik (beracun) bagi makhluk hidup. Di dalam tubuh manusia, tembaga (Cu) dapat mengakibatkan depresi, mempengaruhi fungsi hati dan ginjal serta menimbulkan gangguan pada pembuluh darah.

Kedua, bagi biota perairan dampak negatif untuk biota perairan adalah terjadinya perubahan keanekaragaman biota perairan seperti plankton dan benthos, kehadiran benthos dalam suatu perairan dapat digunakan sebagai indikator kualitas perairan.

Ketiga, bagi kualitas air permukaan terbentuknya air asam tambang hasil oksidasi pirit akan menyebabkan menurunnya kulitas air permukaan. Parameter kulitas air yang mengalami perubahan diantaranya pH, padatan terlarut, sulfat, besi dan mangan.

Keempat, kualitas tanah logam berat seperti besi, tembaga seng terkandung dalam tanah yang asamnya banyak, yang pada dasarnya merupakan unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman, sementara unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman seperti forfor, magnesium, kalsium sangat kurang. Akibatnya keracunan pada tanaman karena kelebihan unsur hara mikro, ini ditandai dengan membusuknya akar tanaman sehingga tanaman menjadi layu dan akhirnya mati.

Upaya Untuk mengurangi dampak negatif air asam tambang bisa dilakukan melalui dua cara, yaitu secara pasive treatment dan active treatment. Penelitian Rahmalia berjudul “Analisis Proses Penetralan Air Asam Tambang (AAT) Menggunakan Tumbuhan Purun Tikus (Eleocharis dulcis)” (2020) pengolahan air asam tambang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara aktif (active treatment) dan pasif (passive treatment) menjelaskan tentang dua cara tersebut,

Pengolahan air asam tambang secara aktif menggunakan bahan kimia yang mengandung kapur, seperti CaCO3, Ca(OH)2, atau NaOH dan NH3. Pengolahan air asam tambang secara pasif mencontoh sistem lahan basah, salah satu teknologi yang dapat dilakukan dengan metode pasif yaitu lahan basah buatan yang membutuhkan tanaman dan tanah yang selalu tergenang air sebagai medianya. Tanaman yang dapat digunakan dalam sistem lahan basah buatan ini ialah tanaman biofilter, salah satunya yaitu tanaman purun tikus (Eleocharis dulcis).

× Image