Home > Budaya

Sekura: Sebuah Pesta Rakyat dari Lampung (Hanya ada Pada Idul Fitri)

Pesta rakyat Sekura ini merupakan kegiatan adat budaya yang menarik dan mencerminkan nilai-nilai seni kreatif.

Flyer Pesta Sekura. (FOTO: IG @festivalsekalabekhak)
Flyer Pesta Sekura. (FOTO: IG @festivalsekalabekhak)

Penyebutan Sekura ditentukan tiga unsur, yaitu: (1) topeng kayu yang menutup wajah; (2) kelengkapan tata busana yang dikenakan, dan (3) gaya gerak dan tingkah laku pemakai.

Jenis Sekura dikelompokan menjadi dua: (1) Sekura Helau dan (2) Sekura Kamak. Helau artinya bersih atau bagus. Sekura Helau mencerminkan kostum yang dikenakan bersih dan bagus. Beberapa Sekura Helau yang pernah ditampilkan adalah, Sekura Pudak Upi, Sekura Kebayan, Sekura Tuha, dan Sekura Ngandung. Sekura Helau biasanya memakai kain tapis, celana panjang, topi, keris, kain selempang, ikat pinggang, sepatu dan baju lengan panjang. Juga dilengkapi kaca mata hitam dan tongkat. Sekura pakai tongkat karena tidak boleh naik ke rumah (panggung) hingga meminta gadis untuk menyulut rokoknya menggunakan tongkat.

Sekura Kamak, kamak artinya kotor. Kostum yang dikenakan Sekura Kamak semuanya serba kotor dan compang-camping. Kelengkapan busananya kaos dan celana hitam sebagai pakaian dasar. Seluruh tubuhnya dihiasi dengan sampah, daun-daun kering, ranting berdaun, rumput, topi penutup kepala menggunakan ijuk sehingga wajah tidak kelihatan.

Karakter Sekura Kamak diilhami dari kebiasan berburu hewan di hutan, sehingga kelengkapan busananya mencerminkan hutan rimba. Pakain kaos dan celana hitam menggambarkan pakaian seorang petani yang sudah lusuh, jelek, compang-camping dan kotor.

Beberapa ciri khas Sekura Kamak di antaranya adalah (a) dimainkan oleh seseorang yang sudah berkeluarga; (b) ditunjang fisik yang gagah dan kuat; (c) menjadi pusat perhatian penonton karena lebih bersifat atraktif; (d) gerakan lucu penuh improvisasi; dan (e) nyakak (memanjat dan mengambil) buah.

Pesta Sekura adalah pesta rakyat tradisional seperti halnya Sekaten di Yogyakarta, Irau di Mahakam, Ruwat Laut oleh nelayan di beberapa tempat di Jawa dan banyak lagi daerah lainnya – adalah peristiwa yang memiliki unsur-unsur budaya bermutu tinggi dan berdimensi luas.

Kegiatan ini sarat mengandung nilai-nilai keguyuban masyarakat, hiburan, nilai religi, media interaksi, partisipasi masyarakat bergotong royong, media komunikasi antar anggota masyarakat, dan nilai sosial yang lebih luas, serta merupakan sumber inspirasi terciptanya sebuah karya seni. ©

× Image