Rocky, Rambo dan Jhony Kembali ke Habitatnya
KAKI BUKIT – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya di laman media sosialnya Instagram @siti.nurbayabakar dan juga di laman Facebook (FB) nya memberi kabar gembira untuk semua. Indonesia menjadi negara pertama di dunia melepas liarkan lumba-lumba ke laut lepas.
Menteri Siti Nurbaya menulis, “Untuk pertama kali dilakukan di dunia, pelepasliaran lumba-lumba hidung botol bernama Johny, Rambo dan Rocky. Ketiga lumba-lumba ini dibebaskan setelah lama bersama pameran lumba-lumba, sekitar 7-8 tahun. Hari ini saya melepaskan mereka ke perairan Taman Nasional Bali Barat (TNBB).”
Pelepasliaran tiga ekor lumba-lumba hidung botol tersebut berlangsung pada rangkaian Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2022 yang berlangsung di Taman Nasional Bali Barat (TNBB), Sabtu, 3 September 2022. Tiga ekor lumba-lumba yang dilepas tersebut adalah lumba-lumba yang diberi nama Johny dengan usia diperkirakan 30 tahun, Rambo usia 20 tahun dan Rocky 10 tahun. Semuanya berjenis kelamin jantan.
Menurut Siti Nurbaya sebelum di lepas ke laut lepas, tiga lumba-lumba tersebut telah menjalani rehabilitasi dan pelatihan selama tiga tahun, serta dipulihkan sifat-sifat alamiahnya. “Seperti pada lumba-lumba Jhony awalnya tidak dapat menggigit ikan sehingga dilakukanlah pemasangan gigi tanpa menyakiti pada hewan tersebut. Metode ini berhasil, sehingga Jhony bisa kembali menangkap ikan hidup di alam,” katanya.
Menteri LHK melepas tiga satwa tersebut dengan suka cita saat melepas ketiga lumba-lumba yang sebelumnya merupakan satwa koleksi Taman Satwa Melka di Singaraja, Bali. Namun karena keberlanjutan lembaga konservasi ini terhenti sehingga satwa lumba-lumba hidung botol tersebut dikembalikan kepada negara.
“Selamat menjalankan kebebasan kalian ya Johny, Rambo dan Rocky. Juga terima kasih atas kerja keras kawan-kawan dari Taman Nasional Bali Barat bersama dukungan Jaringan Satwa Indonesia, sahabat saya Famke dan ahli lumba-lumba dari Florida Doktor Richard Barry. Thank you very much Pak Rick for the great work for Indonesia and for the global community thank you all. Let Indonesia lead the way. Semoga lumba-lumba ini segera menemukan kelompok barunya, dapat beradaptasi dan lestari di alamnya,” tulis Menteri Siti Nurbaya dalam unggahannya.
Lumba-lumba hidung botol adalah salah satu mamalia yang dilindungi berdasarkan PP No.7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa serta Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor 106 tahun 2018.
Menteri LHK Siti Nurbaya mengingatkan bahwa penyelamatan satwa sebagai komponen penting dari rantai makanan dalam suatu ekosistem harus terus diupayakan menggunakan metode yang mengacu pada rules based, scientific based dan evident based, untuk bisa menjadi referensi di masa depan.
“Kerjasama antara Kementerian LHK dengan mitra dalam penyelamatan satwa juga harus dilakukan untuk mencapai tujuan negara dalam melindungi dan memulihkan keanekaragaman hayati Indonesia,” ujar Siti Nurbaya yang meraih gelar profesor kehormatan dari Universitas Brawijaya (Unbraw).
Sementara itu Kepala BKSDA Bali Agus Budi Santosa menjelaskan, pada tahun 2019 bekerjasama dengan Jaringan Satwa Indonesia (JSI) dan Taman Nasional Bali Barat memindahkan tiga ekor lumba-lumba tersebut ke keramba (Sea Pen) rehabilitasi dan perawatan di Teluk Banyuwedang, perairan laut Taman Nasional Bali Barat.
“Proses rehabilitasi yang dilakukan di Sea Pen berukuran 30 x 20 x 13 meter bertujuan untuk mengembalikan kesehatan dan sifat liarnya agar dapat dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya,´kata Agus Budi.
Pada saat menjadi satwa koleksi di lembaga konservasi (ex situ) lumba-lumba ini terbiasa untuk diberi makan, sehingga perlakuan pemberian makan secara bertahap diubah agar dapat mencari makan sendiri di alam. Tahap awal masih diberi makan ikan mati utuh, kemudian ikan hidup, sampai kepada penghentian sama sekali pemberian makan, tetapi diciptakan ekosistem buatan (Sea Pen) mendekati ekosistem alaminya dimana ikan-ikan hidup bisa ditangkap dan dimakan sendiri oleh Lumba-lumba hidung botol tersebut.
Agus Budi menceritakan tentang proses rehabilitasi terhadap lumba-lumba Jhony yang tidak dapat menggigit ikan ketika menangkapnya dan sering terlepas kembali. Berdasarkan analisis dokter hewan dari JSI yang didampingi oleh dokter hewan dari TNBB, untuk membantu kemandirian pencarian pakan alami bagi lumba-lumba Jhony perlu perlakuan pemasangan mahkota gigi palsu. Pemasangan gigi pada lumba-lumba Jhony terbukti berhasil dilakukan tanpa menyakiti dan mengembalikan perilaku menangkap ikan hidup di alam.
Menurut Pelaksana tugas (Plt) Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Bambang Hendroyono, keberhasilan rehabilitasi lumba-lumba termasuk pemasangan gigi dari konservasi ex-situ untuk siap dikembalikan ke habitat alaminya (in situ) patut dihargai karena merupakan yang pertama di Indonesia, bahkan masih sangat langka dilakukan di dunia sehingga hal ini bisa menjadi referensi bagi “future practices” dalam pemulihan dan penyelamatan mamalia laut seperti Lumba-lumba.
Ketiga lumba-lumba sebelum dilepas dipasang GPS yang akan terlepas sendiri satu tahun kemudian. Berbekal GPS tersebut keberadaan Rocky dan Rambo dan Jhony dapat dipantau melalui satelit. Monitoring pasca pelepasliaran akan tetap dilakukan baik menggunakan radiometri dan sonar serta pemantauan secara faktual melalui patroli dan sosialisasi kepada para pelaku jasa wisata dan masyarakat sekitar kawasan taman nasional.