Anita Noeringhati : Wartawan Menghadiahkan Saya Buku
KAKI BUKIT – Pada pembukaan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumatera Selatan (Sumsel) dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), 14 Juli 2022 Ketua DPRD Sumsel RA Anita Noeringhati menceritakan kembali kenangannya saat baru tiba di Palembang.
“Saya datang ke Palembang pada 1993. Waktu itu sebagai advokat saya sudah kenal beberapa wartawan,” kata Anita. Anggota DPRD dari Fraksi Partai Golkar menyebut beberapa nama wartawan yang sudah dikenalnya sejak lama, diantaranya Oktap Ryadi yang kini Ketua Advokasi dan Pembelaan Wartawan PWI Pusat, Aina Rumiyati Aziz dan Maspril Aries.
Usai membuka UKW dari atas mimbar Anita Noeringhati berkesempatan menyerahkan buku berjudul “RA Anita dan Parlemen” kepada Kepala Perwakilan SKK Sumatera bagian Selatan (Sumbagsel) Anggono Mahendrawan, seraya mengatakan. “Ini wartawan menghadiahkan saya buku yang ditulis wartawan Maspril Aries,” katanya.
Anggono yang menerima pemberian buku tersebut merasa suprise dan langsung meminta Ketua DPRD Sumsel membubuhkan tandatangannya di atas buku tersebut. “Terima kasih Ibu,” ujarnya menerima buku yang sudah dibubuhi tandatangan wakil rakyat Sumsel yang sudah tiga periode menjadi anggota parlemen DPRD Sumsel.
Dalam sambutannya Anita Noeringhati pun mencurahkan pengalamannya bagaimana berinteraksi dengan beragam wartawan sejak masih menjadi pengacara atau advokat hingga menjadi anggota DPRD Sumsel dari daerah pemilihan Palembang I sampai kini menduduki kursi Ketua DPRD Sumsel periode 2019-2024.
Anita menyampaikan apresiasinya kepada PWI Sumsel yang telah menyelenggarakan UKW yang ke-38. “Saya sangat mendukung kegiatan ini. Menjadi wartawan tidaklah mudah. Tidak cukup hanya bermodalkan kartu pers, tetapi beretika, memiliki pengetahuan, skill sehingga dalam bekerja menjadi profesional dan proporsional,” katanya.
Anita pun bercerita ketika ada media online yang memberitakan yang merugikan dirinya. “Waktu itu saya langsung mencari tahu siapa wartawan dan di mana alamat medianya di Palembang atau di luar Palembang. Ternyata teman-teman wartawan yang saya tanya tidak ada yang tahu alamat kantor redaksinya juga tidak. Setelah berita itu kemudian saya cek lagi media tersebut, ternyata sudah tidak ada sudah tidak bisa diakses,” ujar perempuan yang tengah menyelesaikan pendidikan pasca sarjana strata tiga bidang hukum.
Anita mengakui kedekatannya dengan wartawan atau jurnalis tersebut itu membantu memuluskan jalannya menuju parlemen karena wartawan banyak membantu mensosialisasikan dirinya kepada masyarakat. Dekat dan berinteraksi dengan wartawan pada saat mulai terjun ke politik pada 2009 menjadi salah satu modalitas politik politisi perempuan tersebut.
Kalau urusan modalitas politik Ketua DPRD Sumsel ini tak perlu diragukan. Anita Noeringhati telah menjadi obyek dari sebuah penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Rizki Maharani mahasiswi program pasca sarjana Universitas Padjadjaran (Unpad) dengan penelitian berjudul “RA. Anita Noeringhati's Modality in the Election Of The Regional House Of Representative of South Sumatra Province 2019.”
Tak banyak tokoh politik dari Sumsel yang menjadi obyek penelitian ilmiah untuk sebuah kajian ilmu sosial dan ilmu politik. Penelitian ini berlandaskan teori modalitas politik dari Pierre Bourdieu.
Kesimpulan dari penelitian terebut menyebutkan bahwa kemenangan RA. Anita Noeringhati pada pemilihan anggota DPRD Provinsi Sumatera Selatan pada 2019 didukung : Pertama, modal ekonomi dari harta kekayaan dan dana dari partai Golkar yang berhasil dimanfaatkan sebagai salah satu faktor kemenangannya.
Kedua, dari modal sosial yang Anita miliki, disimpulkan bahwa menjadi modal utama dalam mendulang suara dari masyarakat. Modal sosial ini berupa interaksi sosial dengan elit politik, organisasi dan masyarakat Kota Palembang, kemudian ada juga kepercayaan masyarakat sejak tahun 2009 yang menjadikannya petahana di DPRD Sumatera Selatan.
Ketiga, modal kultural latar belakang keluarga dan pendidikan tidak menjadi penunjang kemenangan, tetapi kemampuannya dalam berhadapan dengan publik menjadi salah satu faktor pendukungnya. Keempat, modal simbolik yang miliki berupa pengalaman dalam politik dan penghargaan-penghargaan yang ia dapatkan menjadi faktor pendukung keterkenalannya dan mampu mendulang suara dari masyarakat.
Modalitas sosial politik adalah kekuatan niscaya yang mesti dimiliki seorang calon yang akan mengikuti kontestasi dalam pesta demokrasi pemilu atau pilkada. Modal sosial politik tersebut sangat efektif memenangkan kontestasi politik.
Mengutip Pierre Bourdieu sosiolog asal Prancis yang meninggal 2002 dalam bukunya “The Forms of Capital,” (1986) membedakan tiga bentuk modal yakni modal ekonomi, modal budaya, dan modal sosial. Menurut Bourdieu definisi modal sangat luas dan mencakup hal-hal material (yang dapat memiliki nilai simbolik), serta modal budaya (yang didefinisikan sebagai selera bernilai budaya dan pola-pola konsumsi). Modal budaya dapat mencakup rentangan luas properti, seperti seni, pendidikan, dan bentuk-bentuk bahasa.
Bourdieu menegaskan, modal berperan sebagai relasi sosial yang terdapat di dalam suatu sistem pertukaran, dan istilah ini diperluas pada segala bentuk barang baik materil maupun simbol, tanpa perbedaan yang mempresentasikan dirinya sebagai sesuatu yang jarang dan layak untuk dicari dalam sebuah formasi sosial tertentu.
Pada Pemilu 2019 terlihat jelas bahwa modal sosial Anita Noeringhati sangat kuat. Modal sosial yang dimiliknya diantaranya, kepercayaan (trust), interaksi sosial (social interaction) dan hubungan timbal-balik (reciprocal) yang senantiasa terjaga sejak pemilu 2009 dan 2014. Modal sosial tersebut senantiasa dirawatnya dan dipelihara. Saat pemilihan umum memilih anggota legislatif tiba, potensi modal tersebut dikelola dengan baik melalui pendekatan strategi komunikasi yang tepat.
Hasilnya pun terlihat, dari tiga kali kontetasi pemilu, perolehan suara di daerah pemilihan Palembang selalu meningkat dan ini yang mempertahankan Anita duduk sebagai wakil rakyat di DPRD Sumsel selama tiga periode. Pemilu 2009 (11.116 suara), Pemilu 2014 (16.426 suara) dan Pemilu 2019 (16.801 suara).
Peneliti dari Fisip Unpad pun menyatakan, dapatlah dipahami bahwa RA. Anita Noeringhati merupakan sosok yang memiliki kriteria pemimpin yang dekat secara fisik dan sosial dengan masyarakat. Adanya kepercayaan masyarakat terhadap Anita tidak diperoleh secara instan menjelang pemilihan anggota DPRD Sumatera Selatan, sebagaimana kebanyakan terjadi memanfaatkan kepopuleran melalui sosial media. Tetapi dukungan masyarakat lebih condong karena faktor kepercayaan terhadap Anita sendiri.
Kini RA Anita Noeringhati tercatat dalam sejarah parlemen di Sumatera Selatan menjadi perempuan pertama yang menjabat Ketua DPRD sejak lembaga tersebut ada di Sumsel.
Di Indonesia saat ini ada 34 DPRD Provinsi yang tersebar pada 34 provinsi. Dari hasil pemilihan umum legislatif 2019, ada fenomena menarik, sejumlah anggota DPRD terpilih dari unsur perempuan berhasil menduduki jabatan sebagai Ketua DPRD Provinsi. Mereka berada di puncak parlemen-parlemen Indonesia.
Dari 34 DPRD Provinsi tersebut, mayoritas jabatan Ketua DPRD dijabat sosok laki-laki. Sebagai gambaran di Sumatera, dari 10 Ketua DPRD Provinsi, hanya satu dijabat perempuan, yaitu Ketua DPRD Provinsi Sumsel RA Anita Noeringhati. Di seluruh Indonesia, dari 34 DPRD Provinsi, hanya ada enam perempuan yang memegang jabatan Ketua DPRD.
Selain Anita Noeringhati di Sumsel, ada Norhayati Andris sebagai Ketua DPRD Provinsi Kalimantan Utara, Baiq Isvie Rupaeda Ketua DPRD Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Nilam Sari Lawira Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), Sitti Suraidah Suhardi Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar), dan Andi Ina Kartikasari Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).
Dari enam perempuan yang menjabat Ketua DPRD Provinsi hasil Pemilu 2019 ada tiga perempuan yang berasal dari Partai Golkar, yaitu RA Anita Noeringhati dari daerah pemilihan Sumsel 1 (Kota Palembang) memperoleh 16.801 suara, Baiq Isvie Rupaeda dari daerah pemilihan NTB 3 (Kabupaten Lombok Timur) memperoleh 18.624 suara, dan Andi Ina Kartikasari dari daerah pemilihan Sulsel 6 (Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Kabupaten Barru, Kota Pare-Pare) memperoleh 19.652 suara.
RA Anita Noeringhati yang kemudian terpilih sebagai Ketua DPRD Provinsi Sumsel dan menjadi perempuan pertama yang menjabat Ketua DPRD Provinsi, setelah sebelumnya sejak parlemen (DPRD) di daerah ini terbentuk, jabatan Ketua DPRD selalu dijabat anggota DPRD laki-laki. Bagi DPRD Sumsel merupakan sejarah, seorang perempuan pertama kali menjabat Ketua DPRD Sumsel.
RA Anita Noeringhati sebelum menjadi anggota parlemen, dikenal sebagai salah seorang advokat/ pengacara perempuan di Sumsel yang bergabung dengan Peradi. Sebagai advokat Anita Noeringhati banyak menangani berbagai kasus dan perkara hukum yang harus berinteraksi dengan klien, polisi, jaksa dan hakim.
Perjalanan hidup sekaligus perjalanan karirnya penuh dinamika. RA Anita Noeringhati adalah sosok yang disegani di kalangan advokat di Sumsel dan juga dikenal dicintai oleh konstituennya di Palembang. Bagi wartawan atau jurnalis di Sumsel, Anita Noeringhati adalah figur yang terbuka untuk berbagai informasi.
Dari seorang advokat dan membuka kantor atau firma hukum kemudian terjun ke dunia politik bergabung dengan Partai Golkar, Anita Noeringhati mulai karir politik dengan menjadi pengurus DPP Partai Golkar yang dipimpin Alex Noerdin. Kemudian pada Pemilu 2009 terpilih sebagai anggota DPRD Provinsi Sumatera Selatan.
Dalam buku “RA Anita dan Parlemen” Anita Noeringhati menuliskan catatannya bahwa keberadaannya menjadi Ketua DPRD membuktikan jika perempuan juga memiliki kemampuan memimpin. “Saya pun berharap ini akan dibuktikan oleh perempuan-perempuan di daerah lain yang diberikan amanah sama.”
Menurut Anita, “Saya sangat menyambut baik kehadiran buku RA Anita dan Parlemen yang merupakan kumpulan tulisan wartawan senior Maspril Aries, diantaranya berisi kumpulan tulisan atau artikel tentang Anita, perempuan, politik dan pilkada serta dinamikanya.”
“Buku ini adalah karya yang dikodifikasi dari tulisan yang telah terbit di media massa cetak dan media online ini, setidaknya menjadi kontribusi nyata potret keterwakilan perempuan dalam sistem politik di parlemen, khususnya di Sumsel. Bahwa keterwakilan perempuan bukan hanya partisipan saja, tapi juga banyak ide, gagasan dan kontribusi nyata untuk pembangunan,” tulis politisi perempuan yang akan berulang tahun pada 28 Juli 2022. (maspril aries)