Arifin Panigoro, Padi SRI dan Tembakau
KAKI BUKIT – Sejak Senin pagi (28/2) telah menyebar berita duka di media massa online dan media sosial tentang kepergian pengusaha minyak dan gas (migas) nasional Arifin Panigoro.
Di laman Republika Online tersiar berita dengan judul “Innalillahi, Arifin Panigoro Meninggal Dunia.” Kabar duka datang dari keluarga besar Arifin Panigoro. Telah wafat Dr H Ir Arifin Panigoro bin Yusuf Panigoro pada Ahad (27/2/2022) pukul 02.29 Waktu Rochester Minneapolis, Amerika Serikat atau Senin (28/2/2022) WIB. Arifin Panigoro meninggal dalam usia 76
Arifin Panigoro memang lebih dikenal sebagai pengusaha migas. Dia adalah pendiri perusahaan Medco Grup. Pada 1980 Arifin Panigoro mendirikan PT Meta Epsi Pribumi Drilling Company yang memulai bisnis dengan jasa pengeboran migas. Setelah lebih dari 40 tahun Medco terus berkembang dan menjadi perusahaan migas yang setara dengan perusahaan migas terkemuka di dunia. Kini perusahaan dengan nama Medco Energi mampu bersaing dan menjadi perusahaan energi terkemuka di Asia Tenggara.
Dalam perjalanan hidupnya Arifin Panigoro bukan hanya seorang pengusaha, ia pernah menjadi politisi bergabung dengan PDI Perjuangan dan pernah menjadi anggota DPR dari partai berlambang moncong putih tersebut. Pada 1 Februari 2005 ia mengundurkan diri dari parlemen.
Arifin Panigoro juga dikenal sebagai tokoh yang peduli olahraga khususnya sepakbola. Arifin menggulirkan reformasi sepakbola Indonesia dan dari rumahnya di Jalan Jenggala, Jakarta Selatan terbit “Buku Putih Reformasi Sepak Bola Indonesia,” yang diserahkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2010.
Arifin juga menggagas kompetisi sepak bola profesional bernama Liga Primer Indonesia (LPI). Arifin sangat peduli pada pembinaan pemain usia dini, kemudian menggulirkan kompetisi Liga Medco bagi pemain-pemain di bawah usia 15 tahun.
Tak sebatas itu. Arifin Panigoro yang akrab dipanggil “Pipin” oleh saudara dan teman-temannya adalah sosok yang perjalanan hidupnya penuh dinamika. Seperti ditulis Anis Baswedan saat menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada pengantar buku berjudul “Tak Henti Berbagi 70 Tahun Arifin Panigoro.”
“Perjalanan hidup yang dinamis menjadi mozaik hikmah yang indah, yang luar biasa nilainya. Perjalanan hidup menjadi pengalaman karena hikmah dari tiap langkah tidak dibiarkan hilang. Hikmah itu berakumulasi, lalu mengalir sebagai wisdom dalam pikir, dalam tutur, dan dalam tindak. Itulah Arifin Panigoro,” tulis Anis Baswedan yang kini Gubernur DKI Jakarta.
Bagi Anis Baswedan, Arifin Panigoro adalah teman bicara dan diskusi yang menyenangkan. Mau membahas isu minyak, energi terbarukan, subsidi bahan bakar minyak, gerakan anti korupsi, pendidikan anak, muda, olahraga, musik, lukisan, dan sajian kuliner sate kambing di pojok dekat stasiun kereta api Bandung.
Sebagai orang yang lama bergelut dengan sektor migas, dalam sebuah ceramah di Universitas Paramadina tahun 2014 Arifin mengingatkan bahwa masa keemasan minyak bumi Indonesia sudah lama berlalu. Puncak produksi minyak Indonesia tercapai tahun 1977 yaitu sebanyak 1,68 juta barel. Kini produksi minyak tersebut tinggal sekitar separuhnya dan Indonesia sudah sejak 2004 tidak lagi menyandang sebagai negara pengeskpor minyak.
Dengan kondisi industri minyak bumi Indonesia seperti itu Arifin Panigoro mengajak semua, sudah waktunya kita bangun dari tidur panjang. Saat berpidato di almamaternya, Institut Teknologi Bandung (ITB) Arifin menyampaikan dua mimpi besarnya untuk Indonesia, yaitu kemandirian energi dan pangan. Jika dalam memenuhi dua kebutuhan dasar itu kita gagal untuk mandiri, bangsa ini akan menanggung resiko : masa depannya bakal disetir bangsa lain.
“Kita harus berani merebut masa depan. Usaha Indonesia dalam pengembangan energi dan pangan hendaknya dalam dalam rangka mencegah agar masa depan bangsa Indonesia tidak ditentukan pihak lain,” kata alumni Teknik Elektrok ITB dan peraih Bintang Mahaputera Nararya dari Presiden Joko Widodo.
Dalam membangun kemandirian pangan, menurut Arifin, dibutuhkan tak cuma investasi dan inovasi teknologi, tapi juga inovasi sosial. Semua pihak harus terlibat dan menikmati manfaatnya. Pengembangan produksi pangan semestinya juga menjadi bagian dari pengurangan kemiskinan.
Arifin pun berbuat, melalui Medco Foundation ia mendorong pengembangan program System of Rice Intensification (SRI). Hasil uji coba Medco menunjukkan padi SRI organik mampu berproduksi 10 ton per hektare dan 5,5 juta ton per hektare di lahan gambut.
Pada Agustus 2009 Arifin Panigoro hadir langsung pada panen perdana padi SRI oleh petani di lahan petani binaan PT Medco Energi di Desa Suka Makmur Kecamatan BTS Ulu, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan yang berjarak lebih 200 km dari Palembang. Arifin Panigoro datang bersama Menteri Pertanian Anton Apriantono dan mantan Sesdaplobang (Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan) yang juga tokoh Jawa Barat Solihin GP.
Arifin Panigoro pun semakin bergairah memperkenalkan budidaya padi SRI organik ke berbagai provinsi, ke Kalimantan Tengah, Aceh, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua dan Bali.
SRI organik adalah salah satu metode pertanian yang menggunakan konsep kearifan lokal dan dapat menjadi solusi mengatasi permasalahan penggunaan pupuk kimia (anorganik) dan pestisida secara besar-besaran yang tak terkendali sehingga berdampak pada menurunnya tingkat kesuburan lahan serta menimbulkan pencemaran lingkungan dan ledakan
(serangan) hama penyakit tanaman yang tidak terkendali.
Juga pembuatan pupuk anorganik yang berasal dari bahan baku gas bumi memicu terjadinya konflik pemanfaatan gas bumi sebagai energi bahan bakar pembangkit listrik untuk memasok kebutuhan masyarakat yang terus meningkat.
Selain itu menurut Firsta Jusra Iskandar dan Hirmawan Eko Prabowo dalam makalah berjudul “SRI (System Of Rice Intensification) Organik Sebagai Solusi Masalah Pangan, Lingkungan dan Sumber Energi di Indonesia” pada International Conference On Business and Economics (ICBE) 2010 menyebutkan, padi SRI organik dapat menghemat penggunaan air, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, mengembalikan kesuburan dan daya dukung tanah, menurunkan produksi CO, CO2, dan metan, meningkatkan pendapatan petani, memulihkan ekosistem, dan
menawarkan solusi permasalahan energy dengan men-subtitusi pupuk anorganik dengan pupuk organik yang berbahan dasar kotoran hewan dan potensi lokal lainnya.
Pesta Tanpa Asap
Selain itu, mungkin banyak yang lupa atau tidak tahu bahwa Arifin Panigoro dan istrinya Raisis Panigoro adalah pendukung Komisi Nasional Pengendalian Tembakau. Pasangan ini di kalangan sejawatnya dikenal sebagai pasangan yang tegas menolak konsumsi aneka produksi tembakau di kediaman mereka yang terletak di bilangan Jakarta Selatan.
Dalam salah satu bagian dari buku “Tak Henti Berbagi 70 Tahun Arifin Panigoro” Kemal Panigoro salah seorang adik Arifin Panigoro bercerita tentang pesta ulang tahunnya yang berlangsung di Griya Jenggala. Kemal harus mematuhi larangan kakak sulungnya.
Pesta yang berlangsung harus tanpa asap karena di setiap sudut Griya Jenggala terpasang tanda larangan merokok. Para tamu pun tak ada yang merokok. Apa boleh buat bagi tamu yang ingin merokok harus mencari tempat agak keluar dekat ke pinggir jalan.
Arifin Panigoro menjadi pendukung gerakan Komisi Nasional Pengendalian Tembakau berangkat dari keprihatinannya berdasarkan data dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang dirilis akhir 2014. Menurut lembaga ini, bahwa memang benar Indonesia akan mengalami “bonus demografi” berupa pertumbuhan usia produktif pada 2020 – 2035. Indonesia bakal memiliki tenaga kerja usia muda untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Namun dalam rentang waktu yang sama, pravalensi perokok usia produktif juga tumbuh signifikan. Data menunjukkan, pada 2011 ada 36 persen penduduk Indonesia dewasa atau 61,4 juta jiwa yang menjadi perokok. Angka itu menunjukkan lonjakan dua kali lipat dari data yang sama pada 1995. Dan yang membuat kita prihatin, pertumbuhan perokok usia muda (15 -19 tahun) dalam rentang waktu yang sama naik tiga kali lipat.
Itu lah Arifin Panigoro, bukan hanya seorang Raja Minyak Indonesia tapi dia adalah tokoh yang peduli pada bangsa dan negerinya, pada petani dan pada generasi muda. (maspril aries)