Kiblat dan Kisah Film Horor Sejak Zaman Kolonial
Film jenis ini terbukti selalu menguasai layar lebar ketika film Indonesia mengalami masa jaya atau pun krisis. Film horor pertama yang diproduksi di Indonesia saat itu masih dalam masa kolonial Hindia Belanda adalah Doea Siloeman Oeler Poeti en Item yang diproduksi tahun 1934. Kisahnya diambil dari kisah klasik Tiongkok. Sejak itu film horor sangat diminati penonton.
Menurut Heider, film jenis ini seringkali dianggap “benar-benar” menampilkan budaya nasional karena kerap menampilkan legenda, hantu lokal cerita rakyat, dan kekuatan supranatural. Oleh karena itu, segala hal yang masuk akal atau tidak, boleh ditampilkan di film horor.
“Ada aneka mahkluk gaib yang sering tampil di film Indonesia, seperti kuntilanak (arwah perempuan), pocong, sundelbolong, Nyi Roro Kidul, Nyi Blorong, siluman, genderuwo, wewe, dan leak”, tulis Veronika Kusumaryati dalam “Hantu-Hantu dalam Film Horor Indonesia” yang terhimpun di buku “Mau Dibawa Kemana Sinema Kita” (2011).
Sutradara Garin Nugroho juga menyatakan, bagi banyak penonton Indonesia, film horor Indonesia lebih “mencekam” daripada film horor asing karena kedekatan para hantu dengan hidup mereka sehari-hari. Dengan demikian, film horor lokal biasanya lebih diminati daripada film horor impor.
Kisah Film Horor
Garin Nugroho sudah menulis, film horor pertama yang diproduksi di Indonesia saat itu masih dalam masa kolonial Hindia Belanda adalah Doea Siloeman Oeler Poeti en Item tahun 1934. Film horor pertama tersebut bertemakan tentang makhluk siluman atau jadi-jadian. Doea Siloeman Oeler Poeti en Item atau Ouw Peh Tjoa Poeti En Item film yang disutradari oleh The Teng Cung dan merupakan film bisu yang diproduksi Cino Motion Picture,