Home > Budaya

Zaman Kolonial, Palembang Ramai Pentas Drama Sejarah, Zaman Milenial Sepi

Pada masa kolonial, banyak karya-karya pra-kolonial yang digali menjadi naskah drama.

Film
Film "Gending Sriwijaya" produksi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang ber-setting abad ke-16 pasca keruntuhan Sriwijaya diproduki masa Gubernur Alex Noerdin, salah satu model naskah/ skenario film bergenre sejarah.

“Keadaan ini harus dimanfaatkan oleh anak-anak sejarah untuk menggalakan lagi pementasan drama. Karena narasi sejarah atau cerita rakyat lebih menarik jika dikemas menjadi naskah drama”, kata alumnus Universitas Gajah Mada (UGM) tersebut.

Sementara itu sejarawan muda Alif P. Bahtiar juga menyoroti minimnya film-film atau novel dengan skenario sejarah di Sumatera Selatan. Realitas ini tidak pararel dengan yang terjadi di pusat. Misalnya dengan karya-karya Pramudya Ananta Toer yang dijadikan film bernuansa sejarah.

“Padahal ada peluang besar yang dapat dimanfaatkan oleh anak-anak sejarah. Alif mencontohkan karya-karya Iksaka Banu yang menjadi best seller untuk novel berbasis sejarah, seperti “Semua untuk Hindia” atau “Pangeran dari Timur” novel riwayat Raden Saleh yang berdasarkan fakta sejarah yang diramu dalam fiksi.

“Naskah drama ini bisa dikembangkan menjadi novel atau skrip film. Nah, hebatnya Iksaka Banu ini sarjana desain grafis. Bukan berlatar belakang pendidikan sejarah. Saya yakin jika ada kemauan kuat, anak-anak sejarah, bisa menulis naskah drama, novel-novel dan skenario film dengan genre sejarah di suatu saat kelak”, ujarnya memberi semangat.

Alif juga memberi saran, “Anak-anak sejarah mulailah menulis berbagai naskah drama bergenre sejarah. Karena ini salah satu peluang yang bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa pendidikan sejarah”.

Usai workshop pada peserta yang tergabung dalam delapan kelompok mendapat menulis naskah drama bergenre sejarah berdasarkan peristiwa masa lalu di Palembang. Seperti tema Sido Ing Suro Tuo, Sido Ing Rejek, Cinde Belang, SMB II, Penghancuran Loji Sungai Aur, termasuk berdasarkan roman legendari bersetting masa lampau Palembang seperti “Dian Tak Kunjung Padam” karya sastrawan besar, Sutan Takdir Alisyahbana.

Kemudian naskah terbaik akan dipentaskan di Laboratorium Pendidikan Bahasa yang memiliki mini teater. Sehingga kegiatan ini kelak dapat memacu lebih banyak lagi penulisan naskah drama bergenre sejarah di Sumatera Selatan.

Menurut ketua kegiatan Indra Alam Prawira Negara, untuk workshop kali ini tidak banyak mengundang peserta. “Dari workshop ini diharapkan dari para mahasiswa sejarah bisa lahir naskah drama yang bisa dipentaskan”, katanya. (D Oskandar)

× Image